Tabloid Tennis merupakan satu satunya tabloid khusus meliput tenis di Indonesia. Diawal penerbitan AFR tidak mengetahui adanya Tabloid ini dan disaat penerbitan pertama sempat membaca. Didepan wartawan Suara Karya Gungde Ariwangsa ( ternyata salah satu pioneer berdirinya Tabloid Tennis), Amin Pujanto, AFR sempat bertanya siapa gerangan pendiri ataupun penerbitnya. Mereka berdiam diri belum beritahukan siapa siapa saja seolah olah biarkan AFR menebaknya sendiri. Ada nama Abor Widjaja, Wana Ambara SH, yang sangat asing ditelinga pertenisan nasional.
Timbul pertanyaan saat itu apakah Abor Widjaja masih ada hubungan famili dengan martina Widjaja. AFR telesuri tidak ada nama Abor Widjaja dikalangan keluarga Johnny Widjaja (suami dari Martina Widjaja).
Begitu ketahuan siapa siapa nama sebenarnya, barulah Gungde tertawa didepan AFR. Pendiri Tabten ternyata dari wartawan yang sering meliput tenis selama ini yaitu Gungde Ariwangsa, Amin Pujanto, Agus dan Yulia S
Tabloid Tennis (Tabten) sangat dibutuhkan sekali sebagai media informasi pertenisan di Indonesia. Ini saat yang tepat disaat tenis mulai bergerak terutama didaerah daerah sesuai dengan program PB Pelti yang lebih mengoptimalkan potensi daerah, keberadaan Tabten sangatlah dibutuhkan sekali. AFR langsung memberikan juga peran sertanya dengan memberikan program program PB Pelti agar dikenal semua pihak. Begitu juga hasil hasil pertandingan Persami Piala Ferry Raturandang yang secara rutin dilaksanakan di Jakarta maupun Bandung, merupakan informasi yang sangat diperlukan dan dibanggakan sekali bagi petenis yunior.
Dalam perjalanannya dengan management seadanya, Tabten bisa berkembang dengan nafas yang hampir putus. Kenapa dikatakan hampir putus, karena suatu saat memasuki tahun keempat, Tabten hampir kolaps. Hal ini disampaikan salah satu pendiri Gungde Ariwangsa kepada AFR. Katanya sudah sepakat mau tutup sebagai shock therapy karena kerjasama dari pendiri pendiri masih belum sesuai dengan komitmennya. Masih jalan sendiri sendiri.
Tapi karena melihat kebutuhan masyarakat akan informasi tennis di Tanah Air, saat itu juga AFR sampaikan pesan agar jalan terus dengan memperbaiki management yang ada.
Harus dimaklumi pendirinya adalah wartawan wartawan yang biasanya mengejar berita sudah harus mengatur management. Tidak ganmpang. AFR sangat menyayangkan jika Tabten sampai bubar. Tapi untungnya masing masing pihak bisa menahan diri walaupun belum mendapatkan keuntungan. Ini yang patut dibanggakan sekali.
Kuncinya bagaimana mencari sponsor untuk memasang iklan. AFR sempat kecewa disuatu saat, dimana waktu itu diminta membantu berikan rekomendasi ke sponsor. Dan sudah berikan contact person beberapa perusahaan yang biasanya sebagai sponsor turnamen tennis.
Setelah beberapa bulan, melihat disalah satu ilan sudah bisa mendapatkan iklan dari perusahaan tersebut. AFR langsung berikan selamat kepada manajer iklan Tabten. Hanya berikan selamat dengan tidak bermaksud apa apapun. Tetapi apa yang terjadi, justru membuat AFR kaget sekali. “ Oh, ini bukan dari sponsor yang Om Ferry berikan. Ini dari salah satu pemain tennis meja Diana Wuisan.” ujarnya. Waduh yang dimaksud lain , kenapa jadi terbalik akhirnya.
Kuncinya bagaimana mencari sponsor untuk memasang iklan. AFR sempat kecewa disuatu saat, dimana waktu itu diminta membantu berikan rekomendasi ke sponsor. Dan sudah berikan contact person beberapa perusahaan yang biasanya sebagai sponsor turnamen tennis.
Setelah beberapa bulan, melihat disalah satu ilan sudah bisa mendapatkan iklan dari perusahaan tersebut. AFR langsung berikan selamat kepada manajer iklan Tabten. Hanya berikan selamat dengan tidak bermaksud apa apapun. Tetapi apa yang terjadi, justru membuat AFR kaget sekali. “ Oh, ini bukan dari sponsor yang Om Ferry berikan. Ini dari salah satu pemain tennis meja Diana Wuisan.” ujarnya. Waduh yang dimaksud lain , kenapa jadi terbalik akhirnya.
Begitu juga setiap datang ke Tabten, ditawari kerjasama dengan Persami Piala Ferry Raurandang. Sebenarnya AFR suka membeli Tabten untuk dibagikan ke peserta Persami Piala Ferry Raturandang baik dilaksanakan di Bandung ataupun Jakarta. Ini sudah sering dilakukan. Tetapi anehnya akhir akhir ini disaat buat Persami Piala Ferry Raturandang di Senayan, disambut dengan kenapa tidak beritahu, sedangkan turnamen tersebut terjadi di depan kantor Tabten. Aneh, tidak bilang bilang. Ya begitulah anak muda yang menangani Tabten masih belum kenal dengan sifat AFR yang rada rada aneh. Hanya yang AFR sampaikan adalah yang muda harus lebih proaktip, tidak menunggu bola jika ingin majukan Tabten.
Memasuki Maret 2008, Tabten sudah berubah wajah dari Tabloid menjadi Majalah. Dan sudah ada keberanian menampilkan nama asli dari Wana Ambara SH menjadi Gungde Ariwangsa SH. Sebagai pemilik bisa memegang media lain, tapi kalau bekerja diperusahan lain tentunya tidak diperbolehkan. Memang ada beberapa layout yang harus diperbaiki dan mengikuti selera pasar, yang kadang kadang harus berani tampil lain. Bravo Tabten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar