29 Desember 2006. Olahraga Indonesia memasuki masa masa suram di tahun 2006. Kegagalan Asian Games XV Doha awal Desember 2996 menjadi cermin hancurnya prestasi olahraga Indonesia. Kita cukup prihatin melihat perkembangan akhir akhir ini. Tetapi kegagalan bukanlah akhir perjuangan menuju kesuksesan. Jika kita mau mengambil hikmahnya. Hal seperti ini yang sudah sepatutnya didikapi oleh petinggi di Indonesia.
Bagaimana dengan perkembangan olahraga di Bumi Nyiur Melambai ini ? Apakah ikut pula alami kehancuran seperti olahraga nasional ? Khususnya tenis yang selama ini cukup prihatin karena sudah terlalu lama tertidur. Kurang lebih 10-15 tahun silam masih ada petenis asal Sulut yang ikut berjaya di pertenisan nasional. Mereka adalah Vivie Rogi dan Vera Lumi dari kota Manado. Setelah itu tidak ada lagi petenis Sulut berkumandang dikancah nasional. Seperti angina telah berlalu, hilang tanpa kedengaran sesuai dengan tertidurnya induk organisasi Pelti daerah Sulawesi Utara. Kedua atlet ini benar benar merupakan hasil pembinaan dari daerah Sulut.
Dalam sejarah tenis Indonesia peranan petenis berdarah Kawanua cukup besar disetiap generasi. Mulai dari Alex Karamoy, Lanny Kaligis (sekarang Lanny Lumanauw), Lita Liem (sekarang Lita Soegiarto), Jacky Wullur, Samudra Sangitan, Yolanda Mangadil (sekarang Yolanda Soemarno), Aga Soemarno, Tanya Soemarno, Donald Wailan Walalangi, Waya Walalangi, Iramwati Moerid, Solihati Moerid, Vivie Rogi, Vera Lumi, Albert Polohindang, Bunge Nahor, Luciana Lolong, Conny Maramis, Jova Sumampouw, Andrean Raturandang, Septi Mended an Christopher Rungkat. Apakah mereka hasil pembinaan dari Sulawesi Utara, yang pasti tidak. Hasil pembinaan dari Sulut adalah Yolanda Soemarno, Vivie Rogi, Vera Lumi, Jova Sumampouw, Bunge Nahor, Albert Polohindang. Saat inipun masih ada Septi Mende (18 th) dan Christopher Rungkat (16 th) yang merupakan asa (harapan) berdarah Kawanua setelah pudarnya Andrean Raturandang yang telah beralih profesi sebagai pelatih ITF Level-1. Perjalanan sejarah ini mengakibatkan kerinduan masyarakat Kawanua di luar Sulut menanti kehadiran petenis hasil binaan di Sulawsi Utara.
Masalah ini sepertinya akan teratasi dengan munculnyaangin segar. Tepatnya bulan Juli 2005 sebagai tanda kebangkitan setelah terjadi pengalihan kepengurusan Pengurus Daerah Pelti (Persatuan Tenis seluruh Indonesia) ke tangan Ketua Ir. Vicky Lumentut MSi MM mulai 2005-2009. Pelatikan Pengda Pelti oleh Ketua Umum PB Pelti Martina Widjaja ditandai dengan tekad kepengurusan Pengda Pelti Sulut yang dikomandani oleh Ir.Vicky Lumentut MSi MM untuk membangkitkan kembali tenis di Sulut. Diperkenalkan program Mini Tenis kepada Guru Guru Sekolah Dasar di Manado.
Ditindak lanjuti pula dengan penataran pelatih, wasit, turnamen Persami,Turnamen Basional Yunior Maesa Paskah dan Salonpas International Championships di tahu 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar