Sebagai tindak lanjut pertemanan dengan Ir. Eddy Suryanto dari Pontianak tidak putus. Saat latihan sehari menjelang Eksibisi Tenis Yayuk Basuki dan Wynne Prakusya di lapangan tenis Sutera Pontianak, tidak disangka muncullah Walikota Kota Pontianak dr. Buchary Abdurrahman Sp.KK yang sudah dikenal baik oleh AFR sebelum menjadi Walikota. Begitu melihat Walikota masuk, langsung AFR menyambutnya. Inisiatip dari Walikota Pontianak untuk datang kelapangan tenis Sutera karena hari itu beliau datang dari Jakarta bersama rombongan tenis Yayuk Basuki cs.
Setelah itu berbincang bincang masa lalu, saat itu AFR didampingi Wakil Ketua Pengda Pelti Kalbar, Drs Sutarman dan Ketua Pengcab Pelti Pontianak Drs. Benjamin Solihin.
“Apakah yang Dokter lakukan selaku petinggi kota Pontianak di olahraga dalam rangka HUT Kotamadya Pontianak?” Itu pertanyaan yang dilontarkan AFR ke Walikota. AFR selama ini jika berkomunikasi dengan Walikota yang bergelar dokter, tidak pernah menggunakan istilah Walikota selalu tekankan dokter-nya, karena sebagai seorang dokter lebih berkesan dipanggil sebagai dokter. Apa sebab. Sebagai Walikota bisa dilantik 2 kali tapi sebagai dokter hanya sekali mendapatkan gelar dokter. Ini hanya trik AFR saja, dan lebih akrab jadinya dan berhasil.
Langsung dapat jawaban , ada yaitu Sepakbola (maklum dia Ketua Pengda PSSI Kalbar) . AFR begitu merasa kena pancingannya langsung bertanya, kenapa tidak tenis. Jawabannya, “Beaya berapakah”, dengan aksen Pontianak yang sudah tidak asing bagi telinga AFR karena pernah bertugas dan adakan eksibisi tenis di tahun 1974 dengan membawa Lita Soegiarto, Lanny Kaligis, Alfred Raturandang dan Samudra Sangitan. AFR balik bertanya selama ini untuk sepakbola keluar berapa. Dijawab Rp 50 juta tiap tahunnya.
Kalau tenis cukup Rp. 30 juta. Ditanya pula , apakah ini nasional atau local. Wah kena nih, nasional atau TDP (Turnamen Diakui Pelti). Pertanyaan lainnya muncul tentang kondisi lapangannya apakah memenuhi syarat. ASFR tidak hilang akal, karena biasanya kalau mau hajatan tentunya tuan rumah akan berbeha atas rumahnya, begitu juga tenis, so pasti tuan rumah akan cat kembali. AFR katakan lapangan cukup memenuhi syarat (padahal jelek kondisinya) , yang penting sebenarnya hanya toilte paling penting ( yang dihadapiseorang dokter), dan ini bukan masalah untuk bersihkan toilet agar bersih.
Langsung Walikota Pontianak setuju untuk tahun depan 2001. Buat saja proposalnya dan saya masukkan dalam anggaran (APBD). Dan dicarinya waktu dimana titik kulminasi matahari dititik nol, artinya diantara bulan April atau September. Saat itu juga langsung AFR sampaikan kepada Ketua Pengcab Pelti Pontianak Benyamin Solohin dan Wakil Ketua Pengda Pelti Kalbar Drs.Sutarman
Waktu Walikota Pontianak dr. Buchary Abdoerrahman pulang d\keluar lapangan tenis ketempat parker mobilnya hanya ditemani AFR, Eddy Suryanto dan Ali Said. Saat itu juga Walikota sampaikan kalau AFR jangan harapkan mereka akan cepat tanggap, dianjurkan segera buat program dengan anggaran Rp. 30 juta. Saat itu diatur strategi dengan EddySuryanto agar siap siap saya kirimkan program dan proposalnya dengan email. maksudnya mengantisipasi situasi kelemahan petinggi Pelti setempat.
Akhirnya lahirlah Turnamen nasional khusus putra Pontianak Katulistiwa Open 2001 bulan Maret 2001, yang merupakan akar permasalahan seterusnya. Kenapa ? Akan ditulis lain waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar