Berorganisasi olahraga selalu ada saja kejadian kejadian didalamnya yang tidak kelihatan dari luar. Hal ini merupakan kunci suksesnya kepengurusan PB Pelti periode 2002-2007.
Dari kepengurusan PB Pelti selama ini diikuti AFR yaitu Ketua Umum Moerdiono (1986-1990) kemudian Cosmas Batubara (1990-1994), Tanri Abeng (1998-2002) dan Martina Widjaja (2002-2007), tidak terjadi perpecahan didalam dan terekspos keluar adalah era Moerdiono dan Martina Widjaja. Sedangkan yang lainnya, disaat tidak menjabat Menteri mulailah kekompakan didalam terongrong dan menjadi makanan empuk dunia jurnalis. Yang paling besar adalah era Tanri Abeng. Pertentangan antar pengurus, yang menurut AFR saat itu ada 3 kubu dalam kepengurusan. Yaitu kubu Martina Widjaja didukung oleh Soebronto Laras, Sudjiono Timan selaku ketua ketua bidang , Soegeng Sarjadi (Sekjen) didukung oleh Benny Mailili Wakil Sekjen , Deddy Prasetyo (Komite Pembinaan) . dan Tanri Abeng sendiri didukung oleh Mansyur Djabir (Komite Pertandingan)
Sewaktu duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti DKI Jakarta ( 1996-2000) sempat ada kejadian salah satu pengurus Hadiman mengajukan suatu programnya tetapi secara keseluruhan ideanya tidak diterima oleh forum rapat sehingga Hadiman saking kesalnya mengajukan permintaan keluar dari kepengurusan. Tetapi berbeda sekali sewaktu Hadiman kembali duduk di Komite Pembinaan Yunior PB Pelti (2002-2007) disaat dalam rapat permintaan atau ideanya tidak disetujui rapat yang bersangkutan dengan lapang dada katakan bisa menerima. Waktu itu mengenai usulannya tentang system seleknas yang tidak disetujui rapat. “ Ya, kalau ditanya orang luar saya akan sampaikan sesuai keputusan rapat.” Ini menunjukkan kematangan berorganisasi sudah dimilikinya.
Suasana rapat koordinasi antar bidang sering terjadi perdebatan sengit didalamnya karena perbedaan pendapat baik dari bidang pertandingan dengan pembinaan yunior. Bahkan sering timbul kekesalan secara pribadi. Tapi hubungan antar bidang tetap berjalan baik saja dan tidak mencuat keluar. Ini semua bisa terjadi karena anggota pengurus semua adalah pemain tenis aktip sejak yunior dan sudah saling kenal sejak ikuti kejurnas tenis yunior di era nya. Ada yang ego nya cukup tinggi belum lagi keras kepala sehingga bisa membuat kesal sesamanya. Tapi salut kekesalan hanya terungkap disaat rapat tersebut. Sedangkan dirapat rapat berikutnya tidak keluar lagi masalah lalu
Dari kepengurusan PB Pelti selama ini diikuti AFR yaitu Ketua Umum Moerdiono (1986-1990) kemudian Cosmas Batubara (1990-1994), Tanri Abeng (1998-2002) dan Martina Widjaja (2002-2007), tidak terjadi perpecahan didalam dan terekspos keluar adalah era Moerdiono dan Martina Widjaja. Sedangkan yang lainnya, disaat tidak menjabat Menteri mulailah kekompakan didalam terongrong dan menjadi makanan empuk dunia jurnalis. Yang paling besar adalah era Tanri Abeng. Pertentangan antar pengurus, yang menurut AFR saat itu ada 3 kubu dalam kepengurusan. Yaitu kubu Martina Widjaja didukung oleh Soebronto Laras, Sudjiono Timan selaku ketua ketua bidang , Soegeng Sarjadi (Sekjen) didukung oleh Benny Mailili Wakil Sekjen , Deddy Prasetyo (Komite Pembinaan) . dan Tanri Abeng sendiri didukung oleh Mansyur Djabir (Komite Pertandingan)
Sewaktu duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti DKI Jakarta ( 1996-2000) sempat ada kejadian salah satu pengurus Hadiman mengajukan suatu programnya tetapi secara keseluruhan ideanya tidak diterima oleh forum rapat sehingga Hadiman saking kesalnya mengajukan permintaan keluar dari kepengurusan. Tetapi berbeda sekali sewaktu Hadiman kembali duduk di Komite Pembinaan Yunior PB Pelti (2002-2007) disaat dalam rapat permintaan atau ideanya tidak disetujui rapat yang bersangkutan dengan lapang dada katakan bisa menerima. Waktu itu mengenai usulannya tentang system seleknas yang tidak disetujui rapat. “ Ya, kalau ditanya orang luar saya akan sampaikan sesuai keputusan rapat.” Ini menunjukkan kematangan berorganisasi sudah dimilikinya.
Suasana rapat koordinasi antar bidang sering terjadi perdebatan sengit didalamnya karena perbedaan pendapat baik dari bidang pertandingan dengan pembinaan yunior. Bahkan sering timbul kekesalan secara pribadi. Tapi hubungan antar bidang tetap berjalan baik saja dan tidak mencuat keluar. Ini semua bisa terjadi karena anggota pengurus semua adalah pemain tenis aktip sejak yunior dan sudah saling kenal sejak ikuti kejurnas tenis yunior di era nya. Ada yang ego nya cukup tinggi belum lagi keras kepala sehingga bisa membuat kesal sesamanya. Tapi salut kekesalan hanya terungkap disaat rapat tersebut. Sedangkan dirapat rapat berikutnya tidak keluar lagi masalah lalu
Rapat koordinasi antar bidang PB Pelti (2002-2007) dilakukan di hari Selasa, tapi suka diselingi dengan rapat sambil makan siang diluar atau tepatnya direstoran. Yang traktir selalu bergantian antar ketua bidang, bukan beban PB Pelti. Ini enaknya rekan rekan ketua bidang itu orang berada yang secara rela keluarkan uang untuk hubungan kerjasama didalam kepengurusan PB Pelti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar