4 April 2008. Hari ini di Otomal Jakarta, telah berkumpul anggota Pengurus Pusat Pelti dan mantan pengurus yang saling tukar pikiran masalah kejadian kejadian tentang pertenisan di Indonesia. AFR tepat pkl 12.00 terima tilpon dari Slamet Utomo mengundang makan siang sambil cerita cerita. Kebiasaan kumpul ini sebagai ganti dari rapat koordinasi antar bidang tahun tahun sebelumnya. Sambil guyon bisa dikatakan rapat gelap, walaupun tempatnya direstoran sambil makan siang. " Rapat Gelap Ni yee ! "
Hadir saat ini Slamet Utomo, Enggal Karjono, Danny Walla, Johannes Susanto, Christian Budiman, Rachmanto Surahmat dan August Ferry Raturandang.
Cerita yang muncul mulai dari ramainya masalah Indriatno Sutjiadi yang muncul di dunia maya terutama komentar di website Pelti. Tudingan tudingan tentang pelatih yang membawa tim Indonesia menjadi sorotan orangtua pemain yang tidak puas, karena anaknya kalah. Begitu juga masalah seleknas yunior bulan lalu. Kejadian kejadian menegangkan disekitar turnamen Jubile School 14 U Asian Tennis Champs 2008. Begitu pula masalah tidak mainnya petenis anggota Davis Cup Indonesia di turnamen Sportama Champs 2008 di Hotel Sultan Jakarta.
Termasuk pula sepak terjang pelatih tim Davis Cup Indonesia Robert Davis selama ini melatih tim khususnya Christopher Rungkat.Ketidak cccokan karena masalah komunikasi dapat diselesaikan bersama sehingga kerukunan tetap terjalin dengan baik. "Sudah tua buat apa cari ribut ." Begitulah kerukunan ini bisa bertahan.
Tingkat stress yang tinggi dari Johannes Susanto sehingga saat bertanding antar pelatih Jubileee School 14 U Asian Tennis Champs, alami kesulitan menghadapi August Ferry Raturandang yang berpasangan dengan pelatih Thailand. Sedangkan Johannes Susanto berpasangan dengan mantan petenis Davis Cup Chinese Taipei , hanya bisa menang tie break.
Walaupun tanpa latihan, AFR masih bisa ikuti pertandingan yang cukup keras dan dari seluruh peserta ternyata AFR yang paling tua usianya.
"Rupanya susah lawan gua ya, padahal tidak pernah latihan." guyonan AFR ke rekannya Johannes Susanto.
1 komentar:
Ah..bisa-bisanya Opa saja nih....hehehe...
Tapi memang sebaiknya itu menjadi acuan untuk lebih maju lagi. Pelti juga harus tanggap dengan komentar-komentar miring seperti itu. Tak perlu menjelaskan dengan kata-kata, tapi tunjukkan dengan gerak langkah. Tudingan tidak berarti kebencian semata, tapi cambuk untuk menuju lebih baik. Tanpa tudingan dan berita miring serta kritikan, buat apa punya PELTI kalau cuma sebatas Organisasi Formal Pemerintah dibawah KONI hehehe...
Tanggapan juga tidak harus pedes, apalagi menyepelekan yang memberi masukan dan kritikan itu. Kalau pun ada niat jelek dari oknum-oknum yang tidak puas, toh tidak harus dibalikkan dengan menjelek-jelekan orang itu bukan? Tidak lebih baik dari orang yang jelek itu hehehe...
Peran HUMAS penting tuh buat menyuarakan kebijakan dan pengertian-pengertian langkah mengapa dan kenapa PELTI begini dan begitu. Melalui situs resminya juga perlu dipublikasikan karena berkenaan dengan kebijakan PP.
Sementara BLOG-nya opa..oke punya. Wadah bagus ni bos..tapi berimbang ya hehehe...salam..
-rovitavare-
Posting Komentar