Ketidak puasan atas tim nasional Davis Cup Indonesia menyebabkan banyaknya pertanyaan datang dari masyarakat tenis. AFR terima tilpon dari wartawan. Menanyakan sekitar tidak bersedianya atlet tenis masuk dalam tim nasional Davis Cup yang dipersiapkan menghadapi China tangal 11-13 April 2008 di Jakarta.
Ada 4 petenis yang dipanggil masuk tim nasional tetapi tidak bersedia yaitu Sunu Wahyu Trijati, Andery Setyawanto, Davis Agung Susanto, sedangkan Elbet Sie tidak mengembalikan formulir kesediaannya ke PP Pelti sehingga dianggap tidak bersedia. Pertanyaan pertama adalah menjawab pernyataan dari petenis yang tidak bersedia karena janji janji PP Pelti tidak dipenuhi. Langsung AFR menangkap yang dimaksud siapa nama atletnya walaupun oleh wartawan tersebut tidak menyebutkan namanya. Ini sudah pasti Elbert Sie, karena memang AFR sudah mendengar sebelumnya ada permintaan permintaan dari orangtuanya soal dana sekian ribu dolar. AFR jelaskan kalau dipanggil masuk dalam tim nasional tentunya akan berlaku aturan aturan yang dibuat yang memanggilnya bukan sebaliknya. Setelah ikuti turnamen ITF Men’s Futures di Thailand, Elbert ditawarkan ikuti program tim latihan bersama pelatih yang baru ditunjuk asal Amerika Serika Robert Davis bersama sama Christopher Rungkat. Tapi Elbert lebih memilih latihan di Belanda bukan di Jakarta atau Bangkok. Ketika diminta agar latihan bersama di Jakarta minimal 7-10 hari sebelum hari H nya, Elbert justru menyampaikan baru bisa kembali tanggal yang sudah dekat sekali (3-4 hari) dengan pertandingan. Ini yang jadi masalah karena Pelti menganggap tidak mungkin waktu yang mepet bisa untuk membangun timnya. Belum lagi sebagai pertimbangan di Belanda musim dingin sedangkan di Jakarta panas. Kemudian setelah diancam kalau tidak tiba tanggal 31 Januari 2008 maka akan dicoret, ternyata bisa tiba sebelum tanggal 31 Januari 2008. Inilah masalahnya, ada tarik ulur. Apa yang didapat di Belanda masih diragukan sekali kualitasnya. Ternyata Elbert hasil di tim Davis Cup tidak memuaskan sekali. Bisa dilihat hasil pertandingannya tidak pernah mutlak kantongi 2 angka dari pertandingan tunggalnya. Selalu kehilangan satu angka untuk timnya. Kalau dipikir apakah pantas atlet sudah menuntut banyak sedangkan selama ini belum jelas perjuangannya atau kurang memuaskan. Teori apa saja yang didapat dari luar negeri sedangkan kita semua tahu kalau latihan diluar negeri itu belum tentu hasilnya bagus. Apalagi tidak dikontrol sehingga kurang jelas. Buktinya bisa kejadian seperti tidak sarapan sewaktu mau bertanding sehingga bisa kram perut. Dan bukan hanya sekali kejadian. Sekali di Hongkong dan sekali lagi di Jakarta, dengan penyebab yang sama, belum makan. Aneh bin ajaib
Ada 4 petenis yang dipanggil masuk tim nasional tetapi tidak bersedia yaitu Sunu Wahyu Trijati, Andery Setyawanto, Davis Agung Susanto, sedangkan Elbet Sie tidak mengembalikan formulir kesediaannya ke PP Pelti sehingga dianggap tidak bersedia. Pertanyaan pertama adalah menjawab pernyataan dari petenis yang tidak bersedia karena janji janji PP Pelti tidak dipenuhi. Langsung AFR menangkap yang dimaksud siapa nama atletnya walaupun oleh wartawan tersebut tidak menyebutkan namanya. Ini sudah pasti Elbert Sie, karena memang AFR sudah mendengar sebelumnya ada permintaan permintaan dari orangtuanya soal dana sekian ribu dolar. AFR jelaskan kalau dipanggil masuk dalam tim nasional tentunya akan berlaku aturan aturan yang dibuat yang memanggilnya bukan sebaliknya. Setelah ikuti turnamen ITF Men’s Futures di Thailand, Elbert ditawarkan ikuti program tim latihan bersama pelatih yang baru ditunjuk asal Amerika Serika Robert Davis bersama sama Christopher Rungkat. Tapi Elbert lebih memilih latihan di Belanda bukan di Jakarta atau Bangkok. Ketika diminta agar latihan bersama di Jakarta minimal 7-10 hari sebelum hari H nya, Elbert justru menyampaikan baru bisa kembali tanggal yang sudah dekat sekali (3-4 hari) dengan pertandingan. Ini yang jadi masalah karena Pelti menganggap tidak mungkin waktu yang mepet bisa untuk membangun timnya. Belum lagi sebagai pertimbangan di Belanda musim dingin sedangkan di Jakarta panas. Kemudian setelah diancam kalau tidak tiba tanggal 31 Januari 2008 maka akan dicoret, ternyata bisa tiba sebelum tanggal 31 Januari 2008. Inilah masalahnya, ada tarik ulur. Apa yang didapat di Belanda masih diragukan sekali kualitasnya. Ternyata Elbert hasil di tim Davis Cup tidak memuaskan sekali. Bisa dilihat hasil pertandingannya tidak pernah mutlak kantongi 2 angka dari pertandingan tunggalnya. Selalu kehilangan satu angka untuk timnya. Kalau dipikir apakah pantas atlet sudah menuntut banyak sedangkan selama ini belum jelas perjuangannya atau kurang memuaskan. Teori apa saja yang didapat dari luar negeri sedangkan kita semua tahu kalau latihan diluar negeri itu belum tentu hasilnya bagus. Apalagi tidak dikontrol sehingga kurang jelas. Buktinya bisa kejadian seperti tidak sarapan sewaktu mau bertanding sehingga bisa kram perut. Dan bukan hanya sekali kejadian. Sekali di Hongkong dan sekali lagi di Jakarta, dengan penyebab yang sama, belum makan. Aneh bin ajaib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar