Senayan, 13 April 2008. Banyak yang berubah jika dilihat stadion tenis Gelora Bung Kanro Senayan Jakarta. Jika dibandingkan tahun 1988 final zona disaat Indonesia ketinggalan di Davis Cup by NEC zona AsiaOceania Grup 1 antara Indonesia melawan Korea. Indonesia tidak akan melupakan saat itu Indonesia turun dengan Tintus Arianto Wibowo, Abdul Kahar MIM, Suharyadi dan Donald Wailan Walalangi ketinggalan 0-2 dihari pertama kemudian pasangan Suharyadi/Donald Wailan Walalangi menyumbang angka 1 setelah Tintus maupun Abd Kahar kalah. Saat itu stadion Gelora Bung Karno sebagai saksi lapangan gravel dengan 1 lapangan dibuat ditengah tengah. Tetapi sekarang ada kesamaan yaitu tempat tetap di stadion yang dulu mencatat sejarah Indonesia lolos ke grup Dunia setelah membalikkan angka dari 0-2 menjadi 3-2 untuk kemenangan tuan rumah. Bedanya sekarang lapangan keras, bukannya gravel.
Suatu peristiwa yang cukup berkesan walaupun saat itu Tintus Arianto Wibowo sempat kehilangan jan tangan mahal merk ROLEX. AFR saat itu juga duduk dalam kepanitiaan Davis Cup by NEC sebagai sekretaris panitia. Sekarang dalam momen yang mirip ini AFR duduk sebagai wakil direktur turnamen. Kesamaan lainnya yaitu saat ini Indonesia turun dengan anak dari Tintus Arianto Wibowo yaitu Ayrton Wibowo ( 20 th) yang juga kalah dihari pertama.
Kesamaan lainnya waktu itu disaksikan oleh Moerdiono dan Martina Widjaja. Bedanya saat itu Moerdiono sebagai Ketua Umum PB Pelti dan sekarang sebagai Penasehat PP Pelti sedangkan Martina saat itu masih duduk di Komite Dana PB Pelti, sekarang sudah menjadi Ketua Umum PP Pelti. Sedangkan sekarang nama turnamen juga berubah Davis Cup by BNP Paribas.
Akan terulangkah peristiwa 20 tahun silam ? Semua terpulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, jika memang berkenan maka terulangnya peristiwa tahun 1998 pasti memungkinkan. Kita lihat saja, dan semoga dukungan masyarakat tenis dan Yang Maha Kuasa bisa menjadi kenyataan
Akan terulangkah peristiwa 20 tahun silam ? Semua terpulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, jika memang berkenan maka terulangnya peristiwa tahun 1998 pasti memungkinkan. Kita lihat saja, dan semoga dukungan masyarakat tenis dan Yang Maha Kuasa bisa menjadi kenyataan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar