19 April 2008. Ditengah tengah penyelenggaraan turnamen tenis Persami memperebutkan Piala Ferry Raturandang-53 di Senayan, bertemu dengan dedengkot tenis yang sangat maniak terutama ditahun tahun 1990 an yaitu Achmad Moerid. Kalau duapuluh tahun silam beliau ini dikenal semua orang tenis baik orangtua maupun petenis dan pengurus Pelti. Dan termasuk yang bawel, suka protes kalau kerja panpel tidak benar. Beliau ini sangat aktip keliling turnamen turnamen tenis di seluruh Indonesia. Mengantar putra dan putrinya ikuti mulai dari turnamen yunior maupun senior. Siapapun yang terlibat di pertenisan so pasti kenal beliau. Putra dan putrinya yang termasuk sukses. Beliau termasuk orangtua yang sukses di pertenisan nasional. Dari 5 putra dan putrinya yangterdiri mulai yang tertua Irawati Moerid, kemudian Solihati Moerid, Lamsriati Moerid, Yatman satu satunya putra dan terakhir adalah Moerniati Moerid. Dari kelima ini tiga yang pernah membela nama Negara dalam yaitu Irawati Moerid , Solihati Moerid dan Lamsriati Moerid.
Achmad Moerid menghilang setelah putri putrinya menghilang karena menikah dan kembali tahun 2007, ketemu di turnamen Piala Ferry Raturandang di Senayan. Sekarang yang disibukkan bukan membawa anak anaknya tetapi giliran cucunya yang diantar kelapangan tenis. 2 cucu putrid dari Irawati Moerid yang namanya Nadia Iskandar dan cucu dari Solihati Moerid yang namanya Siti Nur Arasy.“Saya terus terang kalau ada orangtua yang tidak mendukung Persami adalah salah besar.” Ujarnya dengan semangat ke AFR. Dikatakan pula beliau pernah bertanya ke atlet asal Sulut Julia Sanger, tentang tidak ikut Persami sedangkan Kelompok umur 16 tahun dipertandingkan. Atlet tersebut hanya mengantar adik adiknya bertanding. Jawabannya adalah tidak ada lawan di turnamen kelas Persami. Dengan jawaban itu langsung Achmad Moerid katakan ini tanda tanda bukan petenis juara dimas mendatang. Lho kenapa ? Menurut Achmad Moerid, justru sering ikut turnamen yang sudah merupakan kebutuhan atlet tenis, bisa mengasah mental bertanding. Baik lawan yang lebih kuat maupun lebih lemah. “Ini penting sekali untuk mendidik mental.” ujarnya pula.
Ada yang menarik dari pertemanan dengan beliau yang jauh lebih tua usianya dengan AFR. Dari beliaulah AFR tahu siapa gurunya. Pengakuan beliau ditahun 1990 kepada AFR kalau belajar tenis di Manado tahun 1973 saat masih aktip di Angkatan Laut sebagai perwira, dengan pelatih Jo Albert Raturandang , ayah dari AFR. Yang kedua beliau memberi nasehat yang kena dihati yaitu selama ini AFR lupa dengan anak anak sendiri sibuk dengan buat turnamen untuk anak anak orang lain. "Jangan lupa didik anak sendiri dulu baru ingat orang lain." Itulah pernyataan yang cukup menggugah hati AFR saat itu. Karena disaat itu kedua putra dan putri AFR yang awalnya giat aktip ikuti TDP Yunior di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar