Maret 2000. Tidak disangka sangka diminta bersama Enggal Karjono mewakili Indonesia hadir di Annual General Meeting Asian Tennis Federation (ATF) di Tashkent Uzbekistan. Berangkat ke Tashkent naik Malaysian Airline singgah di Kuala Lumpur. Tiba sore dan harus tunggu di airport selama 8 (delapan ) jam. Waktu itu Enggal maunya istrahat di hotel terdekat saja, tetapi AFR tolak karena kuatir waktunya bolak balik bisa habis dijalan. Anjuran lebih tunggu di Airport diterima Enggal Karjono. Berangkat ke Tashkent dengan Uzbekistan Airline. Tiba di Bandara Tashkent pukul 05.00 pagi.
Melihat bandara ini teringat kalah jauh dengan bandara Soekarno Hatta. Sepertinya berada di daerah daerah beberapa tahun silam, karena bandara di Indonesia sudah cukup bagus. Masuk ke VIP room, yang juga sangat sempit.
Acara dilaksanakan di Hotel Sheraton yang masih baru bangunannya. Hanya dengan waktu rapat 2 hari, sedangkan waktu itu kembali ke Jakarta , pesawatnya ke Kuala Lumpur tidak tiap hari, harus menunggu 3 hari di Tashkent. Karena hotel Sheraton mahal, pindah ke hotel yang dikatakan milik dari Grup Bakrie.
Waktu di Tashkent, kena masalah gigi sakit, udara dingin membuat tambah sakit gigi karena sehari sebelumnya makan sate yang besar dagingnya kira kira sebesar 2 jempol tangan. Sewaktu diberi obat ternyata obatnya hanya Trisulfa. Obat ini di Indonesia sudah ketinggalan jaman. Di Indonesia sudah tidak digunakan lagi. Waktu itu AFR minta antibiotic tapi jawaban dari dokter giginya kalau obat ini yang terbaik di Uzbekistan. Karena sudah sakit dan kesal akhirnya AFR gertak juga kalau AFR itu dokter , dan dia percaya minta maaf. Pengetahuan tentang obat obatan AFR kuasai, sehingga terpaksa keluar cari apotik untuk beli antibiotic ampicillin.
Kalau di Jakarta banyak tempat2 dipinggir jalan untuk tukar uang, berbeda di Tashkent , pasar gelap bisa juga didapat tapi harus sembunyi sembunyi. Saat itu minta tukar dolar dengan uang Sum , AFR diberitahu kalau ada orang di parker hotel siap berikan uang tersebut. Waktu masuk kemobilnya, AFR terima uang tukarannya dan ingin menghitung tapi dilarangnya, dan setelah keluar dari mobil, orang tersebut langsung tancap gas.
Ada pengalaman menarik bersama sama Enggal Karjono, mau makan diluar hotel , paling banyak makanan Korea, tapilucunya saat itu tidak bisa menerima Credit Card. Terpaksa kalau mau makan atau belanja, kantong penuh dengan jutaan uang local. Keempat kantong jas penuh dengan uang jutaan sum.
Teringat sama seperti di Jakarta tahun 50 an, jika mau naik taxi cukup dengan stop kendaraan dijalan untuk numpang. Pernah satu saat stop mobil Mercy 200, ternyata yang bawa adalah pilot Antonov , pesawat Russia.
Pernah kejadian mau ke pasar, sopir ngebut bawanya dan tepat didepan pasar mobil berhenti dan roda depan kirinya keluar. Waduh belum pernah kejadian seperti ini di Indonesia, tetapi juustru di luar negeri.
Teringat sama seperti di Jakarta tahun 50 an, jika mau naik taxi cukup dengan stop kendaraan dijalan untuk numpang. Pernah satu saat stop mobil Mercy 200, ternyata yang bawa adalah pilot Antonov , pesawat Russia.
Pernah kejadian mau ke pasar, sopir ngebut bawanya dan tepat didepan pasar mobil berhenti dan roda depan kirinya keluar. Waduh belum pernah kejadian seperti ini di Indonesia, tetapi juustru di luar negeri.
Kembali ke Jakarta melalui Kuala Lumpur naik pesawat Uzbekistan Airline. Bersamaan pula kembali rombongan haji dari Malaysia. Pesawat jadi riuh dan kotor, saat itu Enggal Karjono duduk tepat didekat toilet. Bau toilet cukup menyengatkan hidung, sehingga ditutup oleh Stewardess karena penuh kotoran jatuh diluar klosetnya. Buseet.
Tiba di Kuala Lumpur , turun singgah gabung dengan tim Davis Cup Indonesia melawan Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar