Jakarta, 18 Januari 2011. Hari ini terima telpon dari rekan tenis di Tegal, yang ingin memberikan masukan dan saling tukar pikiran masalah pertenisan kita ini. Ini sih hal yang biasa bagi saya untuk menampung semua keluhan keluhan tersebut. Tetapi kalau sudah menyangkut kejadian kejadian di suatu turnamen, saya sendiri sedang mencari solusi agar kegiatan turnamen itu bisa berjalan lancar. Yang sering terjadi adalah masalah dihari pertama dimana dilakukan undian pertandingan tersebut.
Informasi yang saya terima karena ada kejadian di salah satu turnamen nasional diawal tahun 2011 di Jawa Tengah. Disampaikan ada 2 petenis yang sudah membayar uang pendaftaran tetapi lupa sign-in sehingga gagal ikut turnamen. Tetapi kemudian diakhir Desember 2010 saya juga terima SMS dari salah satu pelatih di Jakarta memberikan laporan kalau anaknya sudah membayar uang pendaftaran tapi tidak sign-in (mungkin lupa) sehingga gagal bertanding. Harus disadari Referee baru akan lakukan undian jika sudah selesai sign-in peserta.
Ini berarti saya mendapatkan 3 masukan dari kota yang berbeda.Beberapa tahun silam di Bandung waktu itu tahun 2008 ada turnamen internasional. Ada 2-4 petenis asing yang sudah bayar tapi belum sign-in sehingga gagal ikut bertanding. Ketahuannya hari berikutnya setelah pertandingan sudah berjalan.
Terlepas dari kejadian tersebut saya mencoba menganalisa dan menelaah kejadian tersebut dengan memikirkan cara terbaik didalam pelaksanaannya. Mulai dari pelaksana pertandingan baik itu Referee maupun Tournament Committeenya. Perlu kesadaran dari masing masing pihak akan kerjasamanya. Memang kita ketahui ada kewajiban setiap petenis sudah harus sign-in sebelum diundi. Apapun alasannya kalau tidak sign-in maka tidak bisa bertanding ini prinsip dasarnya.
Saya melihat bagaimana kerja dari Referee asing dalam menjalankan tugasnya....TELITI merupakan keharusan. Pertama meja duduk Referee dengan petugas penerima entry fee sudah harus berdampingan. Cara pertama pemain lapor Referee untuk sign-in dan pemain langsung tanda tangan kemudian oleh Referee diminta agar melunasinya. Mungkin agak repot kalau jumlah eventnya cukup banyak ( KU 10 th, 12 th, 14 th,16 th dan 18 th). Andaikan satu event lebih mudah.
Cara kedua adalah pemain kemeja penerima uang pendaftaran dan setelah itu langsung ke meja Referee untuk sign-in.
Dari kedua belah pihak baik itu Referee maupun petugas penerima pembayaran harus ada kerjasama , setelah selesai sign-in sesuai waktu yang ditentukan, maka kedua pihak ini saling check and re-check sehingga bisa diketahui apakah ada yang masih lolos atau tidak. Kira kira begitulah. Sewaktu di Bandung itu sebenarnya petugas penerima pembayaran sudah meminta kepada Referee agar dilihat nama nama yang sudah sign-in tapi ditolak oleh Referee. Saya tidak tahu kenapa demikian sikap Referee.
Ya, saya akui tidak mudah selenggarakan turnamen yunior karena banyak eventnya. Suatu saat akan terjadi atlet akan memilih milih turnamen yang waktunya bersamaan. Jadi yang diperhatikan adalah kualitas turnamennya dalam memberikan pelayanan kepada peserta. Tapi saat ini jika dalam waktu yang sama ada 2 turnamen yang berbeda provinsi saja maka turnamen yang sudah lebih lama akan protes karena tidak ingin turnamennya disamakan waktunya dengan turnamen lain, karena so pasti jumlah pesertanya akan berkurang. Ini masalah lain lagi.
Nah, jika kita ingin memperbaiki kualitas pelaksanaannya maka sudah harus belajar memperbaikinya. Kecuali sudah tidak minat memperbaikinya, itu lain ceritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar