Jakarta, 13 Januari 2011. Ada satu masalah yang cukup penting menurut pengamatan saya selama ini didunia olahraga yaitu masalah disiplin. Hal ini juga saya rasakan di tenis yang kita cintai. Karena kalau kita melupakan masalah ini maka jangan terlalu mengharapkan bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut pengamatan saya selama ini masih kurang sekali disiplin ini diterapkan oleh atlet atlet tenis begitu pula oleh pelatih pelatihnya. Maksud saya katakan ini bukan untuk menyudutkan kepada pelaku pelaku tenis ini, tetapi justru untuk lebih meningkatkan prestasi dimulai dari disiplin keras. Disiplin semua hal jika ingin maju.
Tanggal 23-30 Januari 2011 saya rencanakan selenggarakan pelatihan pelatih dengan label National ITF Level-1 Coaches Course yang merupakan salah satu agenda induk organisasi Pelti. Saya mau mencoba tanamkan disiplin ini bukan dari atletnya tetapi mulai ditanamkan kepada pelatih lebih dulu. Kenapa demikian ? Karena kita ketahui kalau pelatih itu harus sebagai suri tauladan bagi atlet atlet kita. Bagaimana jadinya jika pelatihnya justru memberikan contoh yang kurang baik, maka tentunya atletnya akan menirunya.
Maka dari itu saya mulai terapkan First Come First Serve, maksudnya pendaftaran baru diterima kalau sudah transfer uang pendaftarannya. Karena pengalaman saya dua tahun lalu selenggarakan kegiatan yang sama dimana peminatnya cukup banyak maka saya terapkan keinginan saya mulai ditahun 2011 ini. Setelah mencukupi targetnya maka segera saya tutp. Tercatat 5 nama yang sudah daftar tapi belum melunasinya maka ditolak, walaupun entry deadline masih lama. Hal yang sama juga untuk ikut serta turnamen saya terapkan.
Setelah itu saya mau mencoba menerapkan penyakit selama ini saya perhatikan adalah sindroma telpon seluler. Jadi selama kegiatan didalam kelas maupun di lapangan diminta mulai dari tutornya sampai ke peserta agar non aktifkan telpon selulernya. Mulai dari 3 tutor yang akan diterjunkan. Kenapa sampai 3 bahkan 4 termasuk saya sendiri yang akan memberikan pelajaran tentang turnamen. Karena menurut saya tidak bisa dilakukan oleh 1 Tutor saja, karena penataran ini ada ujiannya untuk dinyatakan lulus atau tidaknya sehingga lebih objektip kalau Tutornya lebih dari satu. Tutornya adalah Roy Morison, Alfred Henry Raturandang dan Hudani Fajri. Khusus Hudani Fajri akan mengajarkan tentang program baru ITF yaitu Play & Stay in Tennis sebagai modifikasi mini tenis. Ini juga suatu pelajaran yang sangat penting, punya tehnik tehnik khusus mengajri bagaimana orang mulai bermain tenis baik usia dini maupun orangtua. Kalau dari sini sudah salah maka seterusnya sulit diharapkan pertambahan minat akan olahraga tenis.
Ada satu lagi yang agak sulit diterapkan karena sudah merupakan habit bagi pelaku pelaku olahraga kita, yaitu merokok. Kalau didunia perwasitan sudah ada kode etiknya yang melarang merokok selama bertugas ditempat pertandingan. Jika ingin merokok maka harus keluar dari lokasi pertandingan. Hal yang sama juga berlaku bagi pelatih tenis. Nah, maukah mereka ini beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar