9 Mei 2008. Suasana kekeluargaan yang sangat melekat dari masyarakat Kawanua diperantauan mewarnai turnamen tenis Maesa Paskah 2008 yang sedang berlangsung di Klub Rasuna Jakarta sampai tanggal 11 Mei 2008. Hari ini dimulailah turnamen umum, veteran yang pesertanya datang dari Aceh Utara suatu kejutan bisa muncul hadir ikut memeriahkan turnamen tenis Maesa Paskah 2008 dalam rangka HUT POR Maesa ke 84.
Kekaguman atas keramahtamahan masyarakat Kawanua diturnamen tenis Maesa Paskah diakui oleh salah satu peserta yang juga mengaku anggota Pengurus Pelti Kabupaten Aceh Utara yang disampaikan kepada AFR.
Peserta datang dari Aceh, Manado, Palu, Makassar, Bali, Surabaya, Bandung dan Jakarta memeriahkan lapangan tenis Klub Rasuna, yang termasuk veteran baik mantan petenis yang pernah berkibar dikancah tenis nasional seperti Conny Maramis (Palu), Jova Sumampouw (Manado), Vivi Rogi (Manado). Ketemu dengan Sri Utaminingsih, Justedjo Tarik, Bonit Wiryawan dll. Bahkan Andery Setyawanto turun jkuga di ganda umum berpasangan dengan Bonit Wiryawan ketemu di final ganda putra kalah dari pasangan Ariawan Poerbo/ Ferdi Fauzi yang sedang dipersiapkan tim tenis Sulut ke PON XVII 2008 Kaltim.
Tampak kerinduan mewarnai pertemuan pertemuan seperti ini yang tidak bisa dilukiskan dengan kata kata, ada yang terharu masih bisa bertemu dan bercanda dilingkungan yang sama yaitu turnamen tenis yang dimasa lampau merupakan tempat kehidupan sehari hari bagi petenis.
"Kenapa tidak ikut pertandingan ? " suatu pertanyaan disampaikan kepada AFR oleh rekan rekan dari Manado, Lona Lengkong. " Oh ini yang maitua suka marah marah pa kita kalau iko turnamen Maesa. Karna apa, karna kita so mo bawa beker pulang sedangkan dirumah so talalu banya beker. Cuma beking penuh rumah jo." canda AFR tidak kalah aksinya. " Waduh so lama nyanda dengar tu istilah beker." ujar Lona sambil tertawa. Langsung Freddy Pasla katakan kalau Ferry baru pulang dari Belanda.
Begitulah suasana akrab antar sesama rekan Kawanua merupakan trade mark masyarakat Kawanua terutama jika berada diperantauan, selalu melekat kerinduan berkumpul bersama sama yang penuh dengan kegembiraan. Muncullah segala macam bentuk cerita cerita lucu sehingga lupa akan ada pertandingan yang sedang berlangsung. Ciri khas ini membuat kerinduan untuk datang walaupun tidak ikut bertanding.
Ada yang baru ketemu, baik dari Tondano (Sulawesi Utara), langsung cium pipi kiri kanan, terus ketemu lagi Ibu Ibu yang dari Manado dst.
Lona Lengkong, cerita kalau dulu waktu iko latihan tenis di Maesa Simpruk pernah hilang dompet dengan isi penuh doi. Pulang bingung karena tidak ada uang. Ternyata AFR salah ambil dompet yang mirip punya AFR, langsung masuk tas tenis. Begitu ketemu Lona, langsung bilang " kalu mo sumbang doi jangan kase kase tinggal dompet pa kita." langsung Lona pe senang karna so kembali tu dompet. " Sudah jo tu doi." Dompet kembali dengan lengkap tidak ada yang hilang.
Maesa yang artinya bersatu, lahir dari suasana pertandingan tenis tahun 1925 yang tujuannya adalah reuni , berkumpul, bercanda saling melepas kerinduan dirantau. Membuat Maesa tetap eksis sampai sekarang. Tentunya sangat sulit ditandingi oleh masyarakat tenis lainnya.
Diakui oleh EE Mangindaan , suasana Maesa Paskah sudah waktunya kembali ke suasana seperti dulu seaktu Maesa dilahirkan oleh pendiri pendirinya yang saat ini sudah meninggal. Ini yang diharapkan sehingga POR Maesa dalam kepengurusannya ada bidang Kekeluargaan yang tugasnya salah satunya adalah menghidupkan suasana Maesa disetiap pertandingan olahraga dimulai dari tenis. Seperti buka warung makanan khas Kawanua, kue kue panada dll.
Tahun 2008, MaesaPaskah khususnya tenis mempertandingkan kelompok umur atau yunior nasional masuk dalam kalender TDP 2008, kelompok umum, veteran , suami istri dan beregu, mulai 5 - 11 Mei 2008. Disamping tenis dipertandingkan bulutangkis, boling, biliar, karate, bridge dan sepakbola. Yang tertunda adalah golf dan tinju yang akan mengambil waktu tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar