1 Mei 2008. Konsistensi POR Maesa diduni olahraga membuat ada sedikit keingin tahuan masyarakat bukan asal Sulawesi Utara. Hal ini pernah ditanyakan oleh rekan petenis dari Jakarta Timur, Usman di tahun 1980 an. Pertanyaan ini muncul karena di tahun itu masyarakat asal Minang pernah selenggarakan turnamen tenis Piala Imam Bonjol . Saat itu Gubernur Sumatra Barat adalah Azwar Arnas . Hadiah kepada pemenang adalah tiket pesawat terbang Jakarta - Padang. Turnamen ini dikhususkan oleh dan untuk masyarakat asal Sumatra Barat. Ini seperti Maesa juga, untuk masyarakat Kawanua. Tetapi kenyataan saat itu turnamen hanya bisa berjalan 1-2 tahun saja.
Oleh Usman yang mengenal August Ferry Raturandang karena dulu pernah sama sama aktip di pertenisan Jakarta Timur. Kompetisi antar klub saat itu yang paling aktip di Jakarta adalah Pengcab Pelti Jakarta Timur. August Fery Raturandang bergabung dengan klub Sparta MMaesa Jakarta Timur.
"Apa sih resep Maesa bisa berjalan setiap tahun ? " pertanyaan datang dari Usman kepada August Ferry Raturandang yang saat itu aktip selenggarakan turnamen tenis Maesa Paskah.
Waduh pertanyaan bagus sekali dan belum pernah ada yang sampai bertanya demikian.Untuk tidak mengecewakan Usman, August Ferry Raturandang langsung berikan resepnya. "Kalau rekan rekan dari Minang itu mau berkumpul berikan dana Rp. 1 maka mengharapkan kembali Rp. 1 juta. Ini pemikiran dagang yang dominan. Tapi kalau orang Manado berikan dana Rp. 1 juta, tidak mengharapkan dana tersebut kembali. Karena ada rasa persaudaraan yang cukup tinggi dan sangat kental akan persaudaraan ingin kumpul kumpul dinegeri orang." ujar August Ferry Raturandang kepada Usman. " Jadi intinya, bisakah itu terjadi di masyarakat Minang ?. Usman ikut membenarkan apa yang dikatakan oleh August Ferry Raturandang
Ada satu jenis pertandingan yang selalu hadir di turnamen tenis Maesa Paskah yaitu kelompok suami istri. Ini tidak disadari sekali semua pihak betapa besar peranannya dipertenisan. Karena dukungan tenis itu asalnya dari keluarga. Mulai dari hanya ingin ketemu, kemudian akan berkembang menjadi ingin menang. Akhirnya yang muncul adalah prestise.
Pernah terjadi di lapangan tenis Mercu Buana, turnamen tenis Maesa Paskah sedang berlangsung kelompok suami istri antara Rommy Walalangi (orangtua dari Waya dan Wailan Walalangi) dan istri melawan Ben Rungkat ( kakek dari Christopher Rungkat) dan istri. August Ferry Raturandang sangat kaget mendengar salah satu petenis yunior memberikan dukungan atas pertandingan tersebut. "Inilah pertandingan keluarga Walalangi melawan Keluarga Rungkat". Ini menciptakan rasa kebanggaan menggunakan nama warganya. Inilah rasa prestise yang ditonjolkan bukan prestasi.
Harus diakui nama nama petenis nasioal banyak datang dari keluarga petenis seperti Lanny Kaligis ( sekarang Ny. Lumanauw), Samudra Sangitan, Wailan dan Waya Walalngi, Aga dan Tanya Soemarno, Jacky Wullur, Andrian Raturandang. Semua ini nama nama yang orangtuanya aktip main tenis. Sehingga pernah dilakukan oleh Klub Sparta Maesa turnamen Family, yaitu suami istri, kakak adik, orangtua-anak. Hanya sayangnya tidak langgeng.
Mungkinkah sekarang dibangkitkan kembali Family Tennis Tournament ? Jawabannya KENAPA TIDAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar