Jakarta, 31 Desember 2012. Selama ini saya mencoba mengevaluasi masalah turnamen nasional di Indonesia. Sejak tahun 1989 saya terjun dipertenisan khususnya turnamen sudah saya ketahui ada 2 turnamen yang sebenarnya saya tidak rekomendasikan. Tapi karena saat itu turnamen masih sangat minim maka dibiarkan saja berjalan. Tapi sampai saat ini ternyata masih tetap ada turnamen seperti itu . Tapi ada yang sudah memperbaikinya dengan berikan fasilitas yang memadai untuk mengantisipasinya. Bisakah Anda bayangkan jika satu pelatih bawa 4-6 atlet dari beberapa kelompok umur. Saya pernah dulu sewaktu membawa putra dan putri saya bertanding di Jawa. Ternyata pelaksana turnamen di 7 (tujuh) lokasi. Dengan 2 atlet saja saya sudah puyeng mengantarnya. Bagaimana dengan pelatih atau orangtua tidak bawa mobil. Nah ribet banget. Tahun 2012 masih ada juga turnamen nasional yang sudah berpengalaman tetap menjalankan turnamen di 7 lokasi. nah, gimana gak ribet. Tapi ada satu turnamen yang saya lihat fasilitas dikota tersebut sudah bisa dilaksanan di 3 lokasi saja. Bayangkan satu lokasi ada minimal 4-8 lapanga. Jadi cukup 3 lokasi saja , kenapa masih gunakan 7 lokasi..
Nah, jika seluruh daerah ingin selenggarakan turnamen nasional kemudian berbenturan waktunya apakah Pelti mau menolaknya. memang awalnya diatur dulu tetapi jangan lupa ini ada 33 Provinsi dengan hampir 500 kabuaten/kotamadya. Jika semua mau bikin turnamen , maka sulit untuk menolaknya. Apalagi semua ingin laksanakan turnamen disaat liburan sekolah. Sekarang liburan sekolah yang bersamaan itu hanya ada 2 waktu yaitu Juni/Juli atau Desember. Saya jamin jika sampai ada turnamen dikota yang lain bersamaan waktunya maka turnamen dengan 7 lokasi akan kesulitan pesertanya.Saya hanya mengingatkan kalau buat turnamen maka harus diperhatikan 3 kepentingan yaitu kepentingan peserta, kepentingan penonton dan kepentingan sponsor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar