Jakarta, 13 Desember 2012. Ambruknya kanopi Stadion Tenis PTPN-V Pekanbaru menjadi berita nasional. Ini terjadi sebelum dimulainya pertandingan. Waktu itu saya sedang didalam ruang kerja, tidak mendengar kegaduhan terjadi dipintu masuk stadion yang jaraknya hanya 10 meter dari ruang kerja saya. Yang terlihat dari kamar adalah sibuknya petugas membawa korban berdarah. Akhirnya saya keluar ruangan melihat situasi saat itu. Ada mobil dari Ketua Pengprov Pelti Sumut ketiban kanopi tersebut tetapi tidak ada korban, hanya petugas kontraktor yang sedang memasang lampu ketiban kaca, dan berdarah. Setelah itu setelah magrib saya ke bandara untuk menjemput salah satu wasit yang membawa titipan saya dari rumah. Sekitar jam 20.00 saya terima telpon dari Ketua Panpel PON minta agar saya ke stadion karena Ketua PB PON Emrizal Pakis ada distadion menunggu saya. Nah, lo. Ini berarti keberadaan saya selaku Technical Delegate(TD) yang awalnya tidak diakui oleh Ketua Panpel ternyata masih dicari oleh Ketua PB PON XVIII sendiri. Saya berangkat ke stadion untuk memenuhi permintaan tersebut. Ternyata Ketua PB PON XVIII minta pendapat saya tentang kelancaran pertandingan dengan kejadian ambruknya kanopi tersebut. Dalam hati saya mau saya kerjain aja, karena dipundak saya bisa menentukan kelancaran pelaksanaan tenis PON XVIII. Karena sakit hati bisa saja saya katakan kalau pertandingan bisa distop aja. Kalau sampai terjadi apa tidak geger. Tapi karena saya melihat sosok Emrizal Pakis sudah begitu kerja keras harus didukung sepenuhnya. Maka saya sampaikan kalau bukan masalah Sayun melihat raut mukanya sedikti tersenyum, alias lega karena kuatir kalau saya stop semua ini. Langsung diminta bicara dengan wartawan yang sudah hadir disekitar ambruknya kanopi tersebut. Setelah selesai sayapun sudah mau pulang, tapi ditahan karena ada berita Gubernur Riau Rusdi Zaenal mau datang.. Ya, kalau tidak salah sudah malam sekitar jam 22.00 datang rombingan Gubernur Riau.Semua pada sibuk. Saya biarkan saja tidak mau mendekat karena saya yakin saya akan dicari Gubernur Riau. Ketika itu terdengar suara Gubernur Riau . " Mana Technical Delegatenya.?" Saya dengar suara Ketua Panpel memperkenalkan ." Ini pak, Technical Deegatenya." ujarnya. Begitu juga saya saat itu tidak mau membuat mereka susah jika saya iseng mengatakan stop tidak memenuhi syarat tenis dihentikan. Karena saya melihat betapa Gubernur Riau sudah bekerja keras maka harus didukung walaupun saya lihat tidak sepenuhnya dilakukan rekan rekan di Pekanbaru.
Setelah itu rekan saya di Pelti Riau yang tahu masalah saya dengan Ketua Panpel tenis. "Dia sudah menjilat ludah sendiri." ujarnya yang saya tidak tahu artinya. "Kan tadi dia didepan Gubernur mengakui kalau Pak Ferry itu Technical Delegate.". Sayapun baru sadar masalah itu belum selesai dimatanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar