Jakarta, 13 Desember 2012. Esok harinya, 3 September 2012 setelah sarapan di hotel saya menunggu kehadiran LO tersbut. Dan terima telpon kalau dia mau ambil mobil untuk saya selakau Technical Delegate (TD) PON XVIII, sebagai salah satu fasilitas saya bertugas di PON XVIII Riau. Tidak lama kemudian saya terima telpon dari LO tersebut kalau mobil itu harus atau sudah diambil oleh Ketua Panpel Tenis PON XVIII. Ini usaha yang kelihatannya berhasil sampai hari ini. Dasar saya tidak mau kalah maka sayapun tetap bertahan dan minta LO tersbut datang aja ke hotel untuk mengantar saya hari ini kekantor Panpel. Karena dia mau bantu dengan mobil pribadi maka saya katakan saya sewa saja mobilnya. Tetapi tidak bisa untuk seterusnya. Cukup hari ini saja. Karena keyakinan cukup tinggi atas kebenaran maka saya yakin sekali masalah ini akan selesai hari ini juga. Saya akan sewa mobilnya.
Setelah itu saya kekantor Pengprov Pelti Riau, tapi sebelumnya langsung telpon dulu Ketua Panpel Tenis sebagai tata krama berorganisasi. Dapat jawaban saya bisa saja datang kekantornya tapi dia mau keluar kantor dan dianjurkan ketemu saja salah satu staf. Menurut saya ini hanya alasan saja. Ketika tiba dikantor Panpel saya lihat yang bersangkutan ada sedang sibuk. Saya tunggu sambil lengang dan saya serahkan surat PP Pelti sebagai jawaban atas surat permintaan pergantian saya. Setelah dibaca kemudian dikatakan kalau dia hanya jalankan tugas perintah atasannya. Nah, siapa atasannya. Apakah Ketua Pengprov Pelti Riau atau PB PON XVIII. Tetapi sayapun pergi kekantor PB PON XVIII untuk bertemu rekan rekan PB PON yang saya kenal. Begitu juga saya berusaha bertemu dengan rekan saya dari KONI Pusat dikantor tersbut. Tetapi rekan saya yang dulu pengurus KONI Pusat itu sulit juga ketemuanya. Bisa dibayangkan saya mau ketemu salah satu Ketua di PB PON sangat sulit karena tidak berada ditempat. Kebetulan dia juga selaku Ketua Pengprov salah satu cabang olahraga. maka saya cari dia dihotel lain yang sedang berlangsung test event . Tidak ketemi, bisa dibayangkan selama 4 jam saya mondar mandir di kantor PB PON. Akhirnya ketemu juga dan membawa copy surat tembusan . Dalam pembicaraan terungkap juga ketidak puasan atas kinerja Pengprov Pelti Riau. Berbagai kekecewaan diungkapkan. Tetapi dia tidak beri komentar masalah saya ini sambil menunggu Emrizal Pakis selaku Ketua PB PON XVIII . Puji Tuhan akhirnya saya ketemu juga dengan EP. Dan ketika baca surat PP Pelti, diapun marah marah. Disebiutkan kalau Ketua Panpelnya ngawur sekali, Akhirnya disuruhlah rekannya itu agar kontak Ketua Panpel agar mengembalikan semua fasilitas hak saya selaku TD PON XVIII. "Terima kasih."
Sayapun meluncur ke stadion tenis PTPN-V yang saya tahu sedang ada rapat panpel. Ketika tiba saya lihat para wasit sudah dikumpulkan. Keika lihat saya datang, kehadiran saya masih diluar hanya dilirik saja tanpa disuruh masuk. Oh, masih kera kepala juga belum mengakui kedudukan saya . Biarin saja. Karena dibukakan pjntu oleh salahs atu petugas, maka saya masuk tepai kemudian saya sadar, ngapain ikut rapat kalau Ketua Panpel masih menganggap sebagai penonton. Sayapun tidak sampai satu menit angkat kaki keluar ruangan melihat persiapan pertandingan.
Sejam kemudian saya terima telpon dari Ketua Panpel menanyakan keberadaan saya dimana sekarang. Nah, so pasti sudah ditilpon oleh PB PON. Rasain deh. Diapun inta ketemu nanti . Sayapun belagak bego saja jalan jalan keliling stadion melihat persiapan yang ada. Setelah itu kurang lebih jam 17.30 saya ketemu langsung dan hanya dikatakan kalau kendaraan untuk saya sudah bisa digunakan . Saya tenang tenag saja. Karena kendaraan masih digunakan untuk keperluan Panpel maka baru diserahkan besok pagi dihotel. Beres sudah satu permasalahannya lagi. Tapi karena menurut saya semua ini belum tuntas, maka saya harus waspada juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar