Palembang, 30 Desember 2012. Ada kejadian lucu dan agak aneh dipertenisan kita ini. Disaat ini saya sedang selenggarakan turnamen RemajaTenis di Palembang. Sudah dapat ijin dari Pelti Sumatra Selatan dan sengaja saya lakukan melalui Pelti Sumsel agar termotivasi agar berbuat salah satu program Pelti. Sekarang saya sudah habis masa bakti di PP Pelti sejak Desember 2012. Sehingga sebenarnya saya tidak berkewajiban selenggarakan salah satu program Pelti.
Kejadian ini sewaktu saya diminta menghubungi pengelola stadion tenis Bukit Asam Jakabaring Palembang, karena sekarang dikelola bukan oleh Pelti Sumatra Selatan tetapi diserahka kesalah satu instansi Pemprov Sumatra selatan yang menangani aset daerah. Artinya seluruh sarana olahraga di Jakabaring dibawah pengawasannya. Setelah berkomuniasi pertelpon sebelum pertandingan dari Jakarta, saya terkejut juga permintaan aneh tersebut. Kenapa saya anggap aneh karena saya mengetahui bagaimana harga setiap venue yang dikelola oleh Pemkot ataupun Pemprov disetiap Daerah. Karena belum ada aturan resmi maka saya tidak dikenakan sewa lapangan. Jangan pikir lega setelah tahu tidak ada sewa lapangannya. Yang terjadi penyelenggara harus menanggung honor petuga SATPAM dan KEBERSIHAN selama 4 hari pelaksanaan.
Dari rincian tersbut saya baca dalam SMS yang dikirimkan maka didapat nila Rp 20 juta .Wow , sayang saya terima sudah banyak pendaftaran masuk sehingga tidak mungkin saya batalkan.
Kemudian sehari sebelum pelaksanaan saya terima SMS dari petugas RemajaTenis yang sudah ada di Palembang kalau kena beban Rp 14 juta yang terdiri dari honor 15 SATPAM, 28 KEBERSIHAN, dan juga alat kebersihan dibebankan seperri sapu,lap, pembersih toilet, pengharum, tisue toliet, sabun cair, pemberih kaca, alat pel lanai dan keset kaki. Wow, apa jadinya.
Awalnya sampai saya bisa buat turnamen di Jakabaring karena setelah SEA Games 2011 saya sudah berjanji dengan Ketua Pengprov Pelti Sumsel kalau saya mau bikin ramai stadion tenis ini karena kuatir jadi museum karena tidak ada kegiatan , apalagi lokasinya termasuk jauh bagi ukuran masyarakat Palembang. Kemudian setelah hampir satu tahun tidak ada permintaan , maka sewaktu PON XVIII di Riau saya bertemu dengan Ketua Pengprov Pelti Sumsel menanyakan keinginan tersbut. Jawabannya. "Kate duit." artinya kagak ada duit. "Saya gak perlu duit Bapak, cukup beri saya lapangan pertandingan. " Akhirnya disetujui maka bulan Oktober 2012 saya langsung selenggarakan di Jakabaring. Sukses melihat anthusiasnya peserta datang dari Kabupaten di Sumsel seperti Baturaja, Prabumulih, Lahat, Musi Banyuain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar