Palangka Raya, 16 Agustus 2009. Dugaan saya kalau potensi tenis di Kalimantan Tengah cukup besar, terlihat minat terhadap suatu turnamen cukup besar. Berani datang jauh2 ke Ibukota Kalimantan Tengah dengan jarak terdekat sekitar 200 km yaitu Sampit, bahkan ada yang lebih jauh lagi Pangkalan Bun yang makan waktu perjalanan sekitar 7 jam dengan jalan darat.
Dari percakapan dengan salah satu orangtua peserta, ada pertanyaan menggelitik kepada saya yaitu minta bantuan informasi bahkan minta rekomendasi ke pelatih di Jawa. Keinginan memajukan prestasi putra putrinya membuat mau berkorban dengan cara kirim putra putrinya ke Jakarta, Semarang bahkan Surabaya. Tiga kota ini yang sering disebut sebut mereka. Bahkan sudah ada juga kirimkan atlet2nya ke Semarang.
Ini berarti kualitas pelatih yang dimilikinya masih minim. Saya prihatin sekali dengan kondisi pelatih yang dimilikinya. Dalam hal ini pertama kali saya tawarkan adalah pelatih lokal dulu yang ditingkatkan. Ini cara agar pembeayaan bisa lebih murah dan juga saya melihat putra/putrinya itu masih muda sekali dimana butuh kedekatan dengan orangtua sangat penting. Jika belum siap maka bisa jadi putra/putri ini kangen dengan orangtuanya.
Caranya, yaitu saya akan minta Pelti setempat kontak Pelti Pusat minta diadakan kepelatihan pelatih di Kalimantan Tengah. Atau adakan coaching clinic secara periodik dengan datangkan pelatih nasional ke daerah ini. Andaikan Pelti setempat belum tergerak, kenapa tidak klub ataupun beberapa orangtua saja yang inisiatip membantu Pelti setempat.
Yang lebih berat sewaktu ditanya dari ketiga kota (Jakarta,Semarang dan Surabaya) ini yang mana lebih baik atau maju. Saya hanya katakan kalau ketiga kota tersebut memiliki pelatih handal, sehingga sulit sebagai salah satu petinggi Pelti mengatakan yang mana yang terbaik. "Semua pelatih tenis itu baik, karena sudah bisa dikatakan pelatih, harus baik. Yang berbeda saja adalah yang mana menghasilkan petenis handal dan mana yang belum."
Saya melihat saat ini kebutuhan turnamen sangat dirasakan, jika dibandingkan dengan turnamen di Jawa. Disini perbedaannya. Jika banyak turnamen maka akan terlihat jelas ada peningkatan prestasinya. Sebagai contoh, saya lihat salah satu petenis yunior Palangka Raya , Rahmat Hidayat ( 12 th) yang sudah ikuti beberapakali turnamen di Jakarta baik Persami maupun TDP Nasional, tampak perbedaan permainannya dikala pertama kali ikuti Piala FR-61 di Palangka Raya (Januari 2009).
Ini baru di Kalimantan Tengah, tetapi kondisi serupa akan terlihat juga di Sulawesi. Yang belum terlihat aktivitasnya justru di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat sejak berdirinya provinsi ini, hanya rajin datang ke Jakarta baik rakernas maupun MUnas (Makassar dan Jambi)karena dibeayai oleh Pelti Pusat. Saya masih menunggu aktivitas Pelti Provinsi di Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan kepengurusannya yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar