Jakarta, 27 Januari 2009. Setiap ke Balikpapan tentunya tidak lupa singgah ke Pasar Kebon Sayur. Kenapa demikian. Siapapun yang ke Balikpapan tentunya meluangkan waktunya ke Pasar Kebon Sayur. Kemarin setelah puas melihat jalannya turnamen Mahakam Samarinda, August Ferry Raturandang kembali ke Jakarta melalui Balikpapan. Dengan diantar Ketua panitia Rahayu MH, meluncur ke Balikpapan. Sebelum ke Airport menyempatkan diri ke Kebon Sayur.
Perjalanan Samarinda ke Balikpapan cukup lama sekitar 2 jam. Sepanjang jalan sebenarnya cukup mulus hanya ada 3 tempat yang jalannya longsor. Akibat dari tidak mampunya jalan menampung tonase truk truk yang melintas diatasnya. Meliwati pula Bukit Suharto yang cukup terkenal karena dulu diresmikan oleh Presiden Suharto beberapa puluh tahun lalu.
Memasuki Balikpapan singgah ke Pasar Kebon Sayur sebelum kembali ke Jakarta yang direncanakan dengan Lion Air pukul 18.30. Perut sudah lapar, dan dicarinya rumah makan di Pasar Kebon Sayur dimana sewaktu Pekan Olahraga Nasional XVII 2008 seringkali makan siang dirumah makan di Pasar Kebon Sayur. Yang dicarinya ikan Patin yang cukup lezat. Tingga pilih pepes atau bakar ikan Patin.
Bicara soal ikan Patin selama ini didapatkan selain di Balikpapan, pernah didapatnya di Palembang dan Jambi. Tidak lupa sewaku di Jambi mendapatkan kepala ikan Patin sebesar kepala kerbau. Kebetulan dimakan 6 orang baru ludes.
Setelah puas makan ikan Patin, singgah lihat toko sovenir di Pasar Kebon Sayur yang banyak pilihan sovenir yang bisa dibawa pulang. Kalau wanita ikut berbelanja maka tentunya akan makan waktu yang banyak untuk memilihnya. Tapi karena selain ingin makan ikan Patin , ingin pula membeli batik Kalimantan yang cukup unik coraknya. Bagi yang doyan belanja disinilah tempatnya. Bisa pilih batu batuan maupun perhiasan wanita paling banyak. Semuanya tergantung koceknya masing masing, dan seleranya.
Dipilihnya dua kemeja batik yang cocok dibadan, dan setelah itu kembali ke Bandara Sepingan untuk pulang ke Jakarta.
Tepat waktunya naik pesawat Lion Air, dan perjalanan cukup tenang tidak ada goncangan karena cuaca. Hanya ada satu ganjelan selama di Lion Air. Tidak tegasnya pramugari dalam mengontrol penumpang dalam menggunakan telpon seluler.
Pengumuman dilakukan, tidak lama kemudian saat pesawat sudah mendarat tapi masih dalam runwaynya, terdengarlah beberapa penumpang termasuk yang duduk disampingnya, sibuk menyalakan telpon selulernya. Mereka menganggap enteng sekali karena tidak tahu akibat fatal bagi mesin pesawat yang bisa otomatis macet alias berhenti. Akibatnya perusahaan akan rugi jutaan dolar. Tetapi ada satu lagi. Disaat lampu seat belt menyala ada satu penumang berdiri dan berjalan didepan pramugari yang tidak ada paya mencegahnya ke toilet, tetap dibiarkan. Beda sekali sewaktu August Ferry Raturandang naik Air France ke Paris kemudian ke Merraches Morroco, pramugari langsung menegur penumpang yang melanggarnya. Memang beda disiplin kedua bangsa ini. Sayang sekali.....
1 komentar:
maknyuzzzzzzzzzzzzzz..ni
Posting Komentar