Samarinda, 26 Januari 2009. Membaca segala komentar website Pelti (www.pelti.or.id) sebelum istrahat merupakan hal rutin bagi August Ferry Raturandang. Baik di Jakarta maupun diluar kota kecuali ditempat yang sulit atau tidak bisa diakses internet. Kali ini komentar muncul yang menyerang atau mau menjelek jelekannya, tetapi ada juga yang membelanya. Tetapi dengan kepala dingin semua komentar tersebut dengan enteng dihapus. "Bukan masalah. Orang sirik atau sinting hampir sama saja. Ada resepnya menghadapi intrik intrik ini." ujarnya. Dikatakan pula, jika berada di Rumah Sakit Jiwa melihat kelakuan pasien2 tersebut tentunya menggelikan sekali. Dikalangan orang gila mereka itu waras. Yang tidak waras adalah dokter, perawat dan karyawan lainnya.
Jadi bagaimana menghadapi orang gila, yaitu dengan bertindak seperti orang gila juga. " Enteng 'kan. Mana berani mereka munculkan identitasnya. Itu baru jantan ! " dengan sedikit menantang.
Bahkan ada yang seolah olah tahu dengan jelas riwayat hidupnya sejak kecil di Bali sampai sekarang. "Ini namanya sok tahu." ujarnya. August Ferry Raturandang punya hobi baru jalan jalan, diributkan. Hebatnya dituduh pula gunakan uang Pelti untuk jalan jalan. " Bilang aja kalau mau ikutan nanti dibayarin."
Kehadiran turnamen di bumi Ethan (Kalimantan Timur) sudah merupakan berkah bagi petenis Kaltim. Ada kecemburuan bagi atlet yang daerahnya tidak ada turnamen seperti itu. Sehingga ada keinginan diadakan turnamen juga , apalagi kalau turnamen nasional. Bahkan ada orangtua yang sangat berterima kasih dengan digelarnya turnamen ditempatnya. Karena banyak keuntungan yang didapatkan, seperti tidak perlu keluar beaya begitu besar kalau harus keluar daerahnya. Banyak pula orangtua yang sadar atas kebutuhan atlet atas turnamen, sehingga merasa senang adanya turnamen di Kaltim . Hal ini diungkapkan juga oleh Vanda salah satu orangtua dari Balikpapan kepada August Ferry Raturandang di Stadion tenis Palaran Samarinda.
Disela sela turnamen yang berlangsung, August Ferry Raturandang pernah diajukan pertanyaan oleh salah satu Ibu rumah tangga yang juga profesi pelatih dari Balikpapan yang sedang asyiknya menonton pertandingan anak asuhnya di center court. " Om Fer, kok tidak ada kaosnya, sedangkan TDP lainnya ada."
Langsung sambil jalan disambutlah pertanyaan tersebut dengan guyon." Anak anak kalau mau minta kaos jangan sama Om Ferry ya, minta saja sama orangtua sendiri. Ha ha ha." ujarnya
Pendapat yang mengatakan kebiasaan dipakai sebagai aturan. Ini sangat keliru sekali. Sebagai perbandingan dalam mengikuti suatu turnamen baik itu nasional ataupun daerah. Seharusnya, setiap peserta (pelatih, orangtua) membaca dulu informasi tentang turnamen tersebut. Apa saja yang diumumkan. Misalnya adalah Hadiah, kaos , besarnya uang pendaftaran dicantumkan. Jika ada dicantumkan maka harus ditagih kalau tidak direalisasikannya. Begitu juga apakah turnamen tersebut dimainkan Tunggal dan Ganda.
Sepengetahuannya, Turnamen di Samarinda ini dalam informasi yang diterimanya sudah menyebutkan pertandingan hanya TUNGGAL dan uang pendaftarannya Rp. 150.000. Jadi sudah jelas sekali. Kenapa musti dipertanyakan. Apakah masih ada satu kebiasaan jelek yaitu malas membaca terjadi dikalangan pelatih, orangtua petenis ?
Teringat pula disaat adakan turnamen di Pusat Tenis Danamon (Kemayoran) di tahun 1996-1998. Salah satu orangtua dari Tegal dan Surabaya, mengomel masalah tidak diberikannya hadiah uang. Omelan itu ditujukan kepada August Ferry Raturandang.
"Ini kan di Pusat Tenis Damanom. Nama besar Danamon jangan dikorbankan. Sponsornya besar" begitulah salah satu omelan dari orangtua tersebut. Bahkan dengan bangga katakan selama 2 tahun mengantar putra putrinya ikuti Turnamen nasional di Jawa, dikatakan hanya di Pusat Tenis Danamon ini tidak berikan hadiah uang. Dalam hatinya ingin ketawa, baru 2 tahun sombong.
"Saya boleh tanya, ada turnamen disini dari mana ya ?" ujarnya kepada sekelompok orangtua tersebut. Dan dapat jawaban adalah dari temannya. " Kalau begitu minta saja hadiah uangnya keteman Anda. Karena sepengetahuan saya panpel dalam pengumumannya tidak dicantumkan adanya hadiah Uang tersebut." Inilah contoh contoh ketidak tahuan atau berlagak tidak tahu terhadap suatu turnamen tenis. Mereka ini perlu diberitahu juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar