Jakarta, 29 Januari 2009. Ingin juga tertawa jika membaca komentar komentar miring yang muncul di website pelti (www.pelti.or.id) setiap hari. Ada yang "kurang ajar" karena tidak pernah "belajar" (etika), disebabkan sinting atawa gila ditunjang dengan sirik karena tidak bisa berbuat dibandingkan yang dilakukannya.
Tapi ada satu dua yang bermanfaat bagi kita semua (tidak kena delete). Jalan jalan membuat ada sedikit ketidak adilan (menurut mereka) dalam memilih jalan jalan tersebut. Memang diakuinya kalau lebih banyak ke Kalimantan dalam dua tahun terakhir sebagai langkah persiapan Pekan Olahraga Nasional XVII 2008. Ditunjuk sebagai Technical Delegate oleh induk organisasi sehingga tanggung jawab mulai dari awal sampai akhir. Dan ini yang dilakukannya. Akibatnya lebih banyak mengenal Kalimantan Timur lebih besar daripada Sumatra. Sebenarnya lebih dulu kenal Sumatra daripada Kalimantan Timur. Karena era Moerdiono (1986-1990) pergi ke Medan pertama kali ditugaskan Pelti untuk persiapan Turnamen Nasional BCA Open ( 1990) di lapangan tenis Kebon Bunga. Begitu pula dengan Padang, Jambi, Pekanbaru, Banda Aceh untuk beberapa persiapan TDP Nasional. Waktu itu sempat hadir dipertenisan Indonesia TDP Semen Padang, Piala Gubernur Jambi, Piala Gubernur Riau dan Aceh Terbuka. Begitu juga selenggarakan pertama kali Persami Piala Ferry Raturandang di Palembang. Tahun 2003 sebagai persiapan PON XVI di Palembang 2004 diadakan Kualifikasi PON di Palembang.
Bagaimana dengan tahun 2009 ?
Melihat potensi daerah dengan berbagai fasilitas yang dari minim sampai yang the best di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, segala macam permintaan yang pernah disampaikan kepada rekan rekan didaerah tersebut kurang mendapatkan respons cepat karena kesibukan masing masing yang harus dimaklumi semua pihak. Keinginan besar memajukan daerah daerah tersebut, daripada menunggu nunggu sudah beberapa tahun terakhir lebih baik langsung "action" . Karena mumpung bukan anggota NATO (No Action Talk Only), terpaksa "turba" (turun kebawah) saja. Inilah hasilnya dari beberapa kunjungan dan jalan jalan yang dimaksud. "Suka atau tidak suka masa bodoh lah. Ngapain urusin orang2 yang cuma NATO. Tidak ada manfaatnya " ujarnya lebih enteng agar blood pressure tidak naik karena punya pembawaan hypertension.
Bagaimana dengan Sumatra ?
Berita gembira justru datang dari provinsi paling utara yaitu Nangroe Aceh Darusalam (NAD). Awal tahun 2009 sudah ada TDP kelompok yunor, kemudian diselenggarakan lagi TDP Kelompok Umum (Februari)dengan prize money Rp 60 juta. Ini betul betul upaya dari rekan rekan Pelti Provinsi N.A.D yang akan selenggarakan Musyawarah Provinsi Pelti NAD 2009.
Yang hebat adalah Medan. Awal tahun 2003, sempat berbincang bincang dengan sekretaris Pengda Pelti (saat itu) tentang kemungkinan adakan Turnamen Nasional di kota Medan tepatnya dilapangan tenis Kebon Bunga. " Awak bawa sponsor dari Jakarta, Abang cuma buatin anggaran dan proposalnya. " penawaran dilakukan kepada S. Nasution saat itu menjabat Sekretaris Pengda Pelti Sumatra Utara. Sampai lengser tetap tidak ada beritanya. Hal yang sama terjadi lagi beberapa tahun kemudian. Begitu pula dengan kepengurusan yang baru diakhir tahun 2007 di Jakarta, hal yang sama ditawarkan kepada 3 petinggi Pelti Sumut di cafe Coleman Hotel Menara Peninsula. Kelihatannya ada kesepakatan dan bahkan sampai berjabat tangan bertiga untuk menyatakan tekad ini. Tapi nyatanya juga mereka ini termasuk anggota NATO. Semuanya baik yang dulu dan sekarang setali tiga uang. "Apalah awak ini."
Tapi asa masih ada untuk kota Medan, mulai dengan provokasi kiri kanan dengan teman2 yang tidak duduk dalam kepengurusan Pelti setempat. " Doakan saja bisa terealiser di tahun 2009. "
Melihat situasi kota Medan yang terkenal keras ini tetapi tidak dalam hal dilapangan tenis ( lapangan Kebon Bunga itu jenisnya clay, bukan hard court) membuat berbagai cara dilakukannya dengan memprovokasi kepada teman teman baru agar diadakan turnamen nasional di Kebon Bunga. Bisakah Anda bayangkan dalam satu lokasi (Kebon Bunga) ada 10 lapangan tenis ? Ini cuma di Medan yang ada diluar Jakarta (Gelora Senayan dan Kemayoran ) yang memiliki 10 lapangan dalam satu lokasi. Balikpapan ada 8 lapangan , Samarinda 7 lapangan, Manado 8 lapangan, Makassar 6 lapangan, Palangka Raya 6 lapangan, Bandung 8 lapangan Siliwangi, Caringin 6 lapangan dalam satu lokasi.
"Saya tidak habis mengerti punya 10 lapangan tapi tidak ada kegiatan nasional atau Turnamen tenis nasional. Apakah sudah tidak ada kepeduliannya lagi. Ini yang harus dipertanyakan." Menurutnya tidaklah perlu lagi salahkan kepada induk organisasi didaerah tersebut. Dihimbaunya pula jika ada orang yang ingin memajukan tenis didaerah tersebut, datang dan berbicaralah dengannya bahkan diajaknya bersama sama lakukan sesuatu. Harus diakuinya kalau rekan rekan ini daerah ini terlalu banyak kesibukannya.
"Ini Medan Bung. " tetapi sayang tetap keras tidak ada kegiatan turnamen nasionalnya. Diakuinya pula jika ada kepedulian teman teman atas pertenisan didaerah maka langsung akan direaliser kegiatan khususnya turnamen tenis baik kelas Persami maupun Nasional. Dan niat baik ini akan tetap dijalankan sampai sudah tidak bisa berbuat apa apa alias jikaTuhan tidak mengijinkan lagi. Pernah disampaikannya sewaktu berada didaerah daerah, rahasianya sampai bisa terlaksana. " Hanya NIAT dan NEKAT modal saya, Bukan DANA." Diakatakan pula ada Dana tapi tidak ada Niat percuma juga. Tapi kalau ada Niat dan dibantu Nekat maka Dana akan datang juga. " Believe or Not ".
Kegeraman August Ferry Raturandang ada dasarnya. Pengalaman pribadi sewaktu masih sebagai petenis yunior di Singaraja kemudian pindah ke Ampenan (Lombok). Bangga sebagai putra dari PNS yang orangtua bekerja di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PDK) Nusa Tenggara dan Nusa Tenggara Barat bisa bermain tenis mengikuti hobi kedua orangtua yang juga sebagai petenis handal didaerah tersebut (petenis PON dari Bali) dan sekaligus sebagai pelatih putra dan putrinya. Geram karena peristiwa sewaktu kecil masih ada juga didaerah daerah disaat era modern ini yaitu anak anak berlatih tenis setelah orangtua bermain. Prioritas penggunaan lapangan ke orangtua baru anak2. Tapi coba lihat di Jawa khususnya kota kota besar, orangtua latihan tenis , sedangkan anak anak bisa berlatih dengan pelatih disaat yang sama melalui sekolah sekolah tenis. "Iri juga ya kalau lihat anak anak sekarang dengan berbagai fasilitas. Maklum jaman sudah berubah."
Ada yang hampir terlupakan kalau di kota Palangka Raya ada 2 lapangan khusus disediakan untuk latihan yunior. Pintu lapangan dikunci khusus untuk yunior. "Salutlah masih ada perhatian besar kepada yunior." Keluhan dari Banjarmasin (dengar dari pelatih dan salah satu anggota pengurus Pelti setempat sewaktu jumpa di Palangka Raya) ternyata 4 lapangan satu lokasi milik Pemerintah Provinsi lebih diutamakan untuk orangtua tua.
Melihat situasi pertenisan diluar Jawa demikian, August Ferry Raturandang hanya bisa menghimbau kepada rekan rekan petinggi Pelti ataupun perusahaan perusahaan didaerah daerah agar lebih memperhatikan pembinaan yunior. Bagi yang sudah jalankan maka agar ditingkatkan dengan pengadaan kompetisi-kompetisi lokal dan nasional.
" Ya cuma bisa menghimbau dengan harapan agar sadarlah kalau duduk diinduk organisasi tenis punya obsesi agar tenis didaerahnya bisa maju dengan cara perhatikan pembinaan yuniornya. Jangan sudah tua baru boleh bicara."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar