Jakarta, 27 Januari 2009. Memasuki tahun 2009 ternyata ada hobi baru bagi August Ferry Raturandang, yaitu jalan jalan istilah menggiurkan membuat iri dari pihak-pihak tertentu untuk menjadi sirik terhadap apa yang sedang dilakukannya. Kecurigaan bahkan iri hati pihak-pihak tertentu dianggap sepi saja ibarat orang gila bisa disamakannya.
Melihat langsung kegiatan tenis didaerah daerah menjadi momen yang sangat luar biasa baginya, sehingga tujuan memajukan pembinaan didaerah sesuai dengan program induk organisasi bisa lebih dipercepat. Ini sebenarnya yang harus dipahami semua pihak. Banyak sekali informasi yang masuk dari pelaku pelaku didaerah yang selama ini sangat minim informasi datang dari induk organisasi tenis. Ini bukan hanya dunia tenis, tetapi yakin sekali bisa terjadi diolahraga lainnya. Banyak gagasan, keluhan dan kritik yang lebih banyak menjurus ke umpatan umpatan sudah bukan hal yang aneh baginya. Semua itu dihadapinya dengan senyum belaka. Karena memakluminya minimnya informasi ini akibat kinerja rekan rekan diinduk organisasi tenis didaerah kurang baik. Tetapi ada juga secara bergurau dilayani dengan ungkapan kasar pula, sesuai permintaan.
Belum lama ini muncul juga keluhan dari salah satu Wakil Ketua Pelti Provinsi kepada Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti masalah tidak tahunya ada kegiatan tenis nasional maupun internasional di wilayahnya. Aneh kan, sehingga bagi orang awam bisa langsung menuding pengurus pusatnya tidak benar. Bahkan lebih cenderung dikatakan melanggar AD & ART Pelti. Sebenarnya induk organisasi Pelti ini sudah kirimkan surat ke PengProv Pelti yang notabene dialamatkan ke sekretariatnya, artinya yang terima adalah Sekretaris Pengprov. Disinilah masalah yang timbul. Ada kemungkinan surat itu tidak didisposisikan ke wakil ketua atau bidang lainnya. Sehingga petinggi tersebut merasa berwenang semudah keluarkan kalimat kalimat seperti diatas, tanpa mencek kembali ke sekretariatnya.
Dikatakannya pula saat ini surat surat keluar masuk di PP Pelti sekitar 5.000 pertahunnya yang ditanganinya. Belum lagi masalah komunikasi melalui email. Betapa padatnya masalah administrasi di tingkat Pusat Pelti, karena aktipnya PP Pelti berkomunikasi keluar negeri maupun dalam negeri.
Belum lagi yang duduk di bagian pertandingan, tidak tahu adanya aturan aturan Turnamen yang sudah dibakukan oleh PP Pelti sendiri. Sehingga olehnya disampaikan adalah jangan tanya kenapa you tidak diberitahu. Tetapi sebaiknya tanyalah kenapa anda tidak sampai tahu. Dianjurkan pula bagi anggota pengurus yang baru memasuki dunia kepengurusan Pelti diwilayah masing masing khususnya menangani pertandingan, sebaiknya membaca peraturan2 pertandingan sehingga bagi orang awam tidak menjadibingung karena mendapatkan jawaban-jawaban membingungkan. Ini yang terjadi selama ini.
Hal yang sama terjadi sewaktu di stadion Palaran, sempat berbincang bincang dengan Ketua Pengkab Pelti Kutai Kertanegara Ir. Didi Ramyani, muncul keluhan dari salah satu pelatih mengenai kurang perhatiannya Pelti Kota Samarinda. "Siapa yang salah jika Ketua Pelti tidak aktip? " ujarnya melemparkan pertanyaan tersebut kesalah satu pelatih tersebut.
"Yang salah adalah yang memilih Ketua tersebut. Dia kan dipilih oleh pemilihnya. Nah salah pilih artinya." ujar August Ferry Raturandang didepan Ir Didi Ramyani kepada pelatih tersebut. Hal yang sama sewaktu di Palangka Raya 3-4 Januari 2009.
Begitu pula ada pula orangtua yang meminta perhatian dari Pelti setempat terhadap prestasinya, bahkan meminta yang lebih cenderung mewajibkan Pelti setempat membantu putra atau putrinya yang dianggap sudah berprestasi bagi daerahnya. Seolah-olah ada kewajiban Pelti terhadap putra dan putrinya. Ini persepsi yang salah.
Kegiatan pembinaan tenis didaerah daerah selalu ada, melalui latihan latihan tenis ditempatnya. Ini semua daerah pasti ada. Tetapi yang sangat minim adalah "kompetisi" yang merupakan salah satu bagian dari Pembinaan. Tanpa kompetisi atau pertandingan maka pembinaan ini akan berjalan "sangat" lamban. Apakah turnamen didaerah daerah terpencil tidak ada ? Tidak juga, karena setiap acara HUT Provinsi, Kotamadya/Kabupaten, maupun instansi pemerintah lainnya selalu ada acara turnamen tenis. Bedanya adalah turnamen tersebut istilah didaerah adalah turnamen "Bapak Bapak", yang dimasukkan sebagai turnamen veteran. Minim sekali atau tidak ada sama sekali turnamen yunior. Inilah masalahnya. Disini peranan induk organisasi tenis, Pelti didaerah tersebut sebagai fasilitator untuk menggerakkan turamen turnamen tersebut. Bisa dengan dikerjakan sendiri dan bisa juga diserahkan ke pihak ketiga. Yang selalu menghambat adalah birokrasi didaerah tersebut, sehingga timbul kesan semua turnamen tenis harus melalui Pelti. Ini keliru sekali.
August Ferry Raturadang selalu jelaskan kepada rekan rekan didaerah kalau siapapun bisa selenggarakan turnamen tenis, baik perorangan, klub, badan hukum mapun Pelti sendiri. Dan tidak perlu minta izin Pelti. Tetapi jika ingin selenggarakan Turnamen Diakui Pelti (turnamen nasional), baru keterlibatan Pelti ada. Karena formulir pendaftaran TDP harus melalui Pelti setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar