Jakarta, 5 Juli 2009. Menerima milis dari luar masalah kebiasaan seorang atlet dari lapangan dan setelah itu berbakti di masyarakat, cukup menarik juga untuk diangkat disini. Karena selama ini ada juga atlet tenis lakukan kebiasan positip seperti cerita dibawah ini.
Seorang pemain basket sebuah SMU memiliki kebiasaan yang sangat baik. Setiap usai melakukan pertandingan, dia selalu masuk ke ruang ganti sendirian dan berdoa di sana. Suatu kali pelatihnya melihat apa yang dia lakukan. "Apakah engkau baik-baik saja, Nak?" tanyanya dengan nada peduli. "Oh, saya tidak apa-apa. Saya hanya berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan atas pertandingan hari ini" jawab murid SMU itu.
Empat belas tahun kemudian, pemuda itu telah menjadi seorang pendeta dan penulis terkenal serta pembicara motivasi internasional. Sementara, si pelatih basket mengalami krisis di dalam rumah tangganya. Dia mendatangi pendeta yang mantan muridnya dan berkata, "Saya telah mengamatimu bermain dan saya juga telah mengamatimu berdoa. Saya membutuhkan apa yang kamu lakukan" Pembicara publik terkenal itu menyanggupinya dan berhasil menyelesaikan masalah ex-pelatihnya. Pendeta itu bernama John C. Maxwell.
Para sahabat seiman, kisah sejati di atas membuktikan sekali lagi bahwa sinergi antara player (pemain) dan prayer (pendoa) sungguh dahsyat. Kita juga bisa memakai sinergi yang sama antara bekerja dan berdoa. Saat Anda membaca renungan ini, semakin banyak saja para profesional atau karyawan yang mengadakan persekutuan doa di kantornya. "Ternyata produktivitas kami justru semakin meningkat," ujar seorang pemilik usaha penerbitan. Mari kita mengikuti jejak John C. Maxwell...
Kebiasan berdoa setiap saat tentunya cukup bermanfaat bagi umat manusia sesuai dengan keyakina masing masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar