Jogja, 13 Juli 2009. Untuk kedua kalinya berkunjung ke Jogja dalam dua bulan terakhir ini membawa hati untuk mencari tempat bersembahyang yaitu Gereja. Bangun pagi cari becak di jalan Malioboro karena menginap disekitar jalan Malioboro. Ternyata tukang becak membawa ke gereja Katholik. Minta dicarikan Gereja Protestan, tetapi kita harus maklum karena tukang becak cuma tahu gereja. Akhirnya dibawa kegereja lainnya yang sudah selesai kebaktian paginya.
Kemudian bertanya, dibawalah ke jalan Bhayangkara, yaitu Gereja Kristen Indonesia atau dikenal dengan GKI Ngupasan. Tiba tepat pukul 08.30 masih kosong. Pilih tempat duduk sendirian saja. Karena duduk dekat pintu masuk maka aroma parfum setiap insan yang masuk sangat terasa memasuki hidung. Bisa dibayangkan dalam beberapa menit tercium parfum berbagai aroma.
Dengan tema tangan bersih hatipun bersih. Cukup mengusik hati dan pikiran sehat karena belum lama ini telah terjadi peristiwa yang sangat menggoda hati kita untuk berbuat diluar kehendak Tuhan. Karena setiap tangan yang kotor akan membawa hati yang kotor pula. Ini memudahkan kita melupakan kehendak Tuhan yang telah mengajarkan agar mengasihi sesama umat manusia bukan untuk memusuhinya. Khususnya hari Minggu ini cukup menikmati apa yang diberikan dalam khotbah Hamba Tuhan.
Setelah selesai ibadah, kembali ke Malioboro dengan becak yang sudah menunggu diluar. Heibatnya tukang becak maupun Andong di Jogjakarta, selalu menawarkan objek2 seperti tempat penjualan batik, tempat penjualan oleh oleh sehingga setiap tamu yang datang tentunya akan mengeluarkan dana selama berada di Jogja.
Menikmati becak di Jogja asyik juga, dan begitu melewati pasar Patuk ditawarkan juga untuk singgah membeli oleh oleh. Ya, akhirnya ikut berhenti juga memenuhi keinginan tukang becak yang sudah jalankan tugas sebagai warga DIY yang baik, agar tamunya membeli oleh oleh di Jogja sebelum kembali kekota masing masing.
Setelah kembali ke hotel, dan mencari taksi untuk pergi ke lapangan tenis Universitas Negeri Yogyakarta, menyaksikan turnamen tenis Piala Ferry Raturandang -67 yang sedang berlangsung. Menyaksikan betapa manisnya anak anak bertanding tenis. Persaingan dilapangan tenis cukup besar sekali dimana setiap anak anak dibawah terik matahari tidak mengenal lelah bertanding dengan riangnya. Inilah kompetisi sebenarnya sedang berlangsung.
Ternyata bertemu dengan para orangtua yang datang dari Magelang, Pati, Boyolali dan Semarang menghendaki agar turnamen Piala Ferry Raturandang juga diselenggarakan dikotanya masing masing. Ini suatu permintaan tulus karena merasakan sekali kebutuhan putra dan putrinya terhadap turnamen tenis. "Ya, saya akan cari waktu yang tepat." begitulah janji yang bisa saya berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar