Jakarta, 6 Juli 2009. Berakhirnya Pekan Olahraga Nasional Tenis 2009 kemarin ternyata membawa kesan tersendiri bagi saya maupun masyarakat tenis Indonesia. Karena ini event yang pertama (PON Tenis) sehingga responsnya cukup baik sekali datang dari berbagai Pengprov Pelti ( ada 27 Pengprov yang ikut). Awalnya kami sendiri hanya memperkirakan sekitar 12 Pengprov karena waktu singkat kuranglebih 4 bulan persiapannya.
Kewalahan juga dalam persiapannya, mulai dari pemberitahuan keseluruh Pengprov Pelti melalui surat maupun email pribadi saya dan juga SMS. Tetapi masih banyak juga yang mengatakan belum mengetahui kegiatan tersebut. Untuk yang akan datang tentunya caranya harus berbeda tidak seperti sekarang, agar bisa sukses.
Memang pelaksanaan kali ini harus sudah mulai dievaluasi, sehingga pesiapan tahun depan agar lebih baik.
Suasana PON Tenis 2009, dengan udara cukup panas membuat banyak atlet muda ada yang sampai masuk rumah sakit (atlet Aceh), belum lagi yang sampai kram. Bisa dibayangkan ada atlet yunior asal Surabaya sampai dua kali kram dalam pertandingan berbeda dan hari berbeda.
Ini perlu mendapatkan perhatian baik orangtua, pelatih maupun pembinanya dimasa mendatang. Disaat masih yunior seharusnya diupayakan tidak terjadi kram. Bahkan ada yang mimisan (atlet usia muda).
Dengan ada event tunggal, ganda dan ganda campuran membuat jumlah pertandingan cukup banyak dan ketat. Laporan atlet sendiri dalam waktu yang sangat padat sehingga bisa bertanding 4 kali. Bagi yang fisiknya prima oke saja, tapi bagi yang tidak siap maka terjadilah kecapekan belaka.
Diluar pertandingan, panitiapun dibuat pusing tujuh keliling. Karena awalnya diperkirakan petinggi Republik mau hadir atau CAPRES mau hadir. Tentunya penyelenggara belum siap, kalau mendadak munculnya. Tetapi hal ini untungnya tidak jadi.
Belum lagi munculnya statement di media massa membuat beberapa pihak tidak enak hati. Ini hal yang lumrah saja , khususnya ketegangan membawa badan letih sehingga cukup sensitip lebih merasuki badan kita semua. Belum lagi masalah bentuk protes dilakukan oleh anggota penyelenggara akibat tulisan dimedia massa/maya, kadang kala melupakan etika berorganisasi. Saya memakluminya saja jika sampai terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Tetapi semua ini saya atasi dengan berdendang dalam diri sendiri dengan lagunya Broery Pesolima , yang say lupa judulnya. Tetapi syairnya seperti... Mualnya biasa saja, akhirnya ngam......juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar