Jakarta, 28 Juli 2009. Dihari pertama pelaksanaan turnamen RemajaTenis-2 yang berlangsung di lapangan tenis Gelora Bung Karno Jakarta, saya terima telpon dari salah satu orangtua peserta yang memberikan info atau masukan positip terhadap kierja pelaksana turnamen khususnya TDP.
Dihari pertama, seharusnya setiap Referee sudah siapkan order of play sehingga peserta sudah langsung bisa mengetahui rencana pertandingannya. Ini idealnya, tetapi yang jadi masalah adalah persiapan turnamen yang dilakukan oleh petugas Referee tentunya akan berbeda.
Kali ini petugas Referee yang sebenarnya sudah kawakan ditenis tetapi tetap saja bisa berbuat kesalahan atau kekurangan kekurangannya sehingga belum bisa memuaskan semua pihak.
"Pak, itu Referee sangat tidak mendidik anak anak. Bisa dibayangkan, anak anak bertanya tetapi justru dimarahin. Saya hanya mau usulkan saja kalau bisa Referee ini jangan dipakai lagi, mungkin karena usianya udah tua. Cari yang muda saja." ujarnya.
Saya sendiri melihat caranya menghandle peserta dengan gaya khasnya.
Disamping itu juga ada orangtua khususnya Ibu Ibu, agak segan berkomunikasi dengan Referee ini.
Suaranya cukup keras, dan terlalu cepat menanggapi jika ada keluhan seharusnya menunggu sampai selesai keluhan tersebut. Bukannya langsung ditanggapi karena belum selesai disampaikan.
Tetapi ada orangtua lainnya yang sudah mengenal Referee ini merasa hal yang biasa. "Memang dia itu tidak bisa membedakan bercanda atau serius. sehingga bisa membuat sebel yang mendengarkannya."
Nah, kalau sudah begitu , saya akan membicarakan dengan yang bersangkutan agar merubah diri cara cara tersebut. Tetapi kalau saya lihat orangnya memang butuh waktu merubah kebiasaannya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar