Jakarta, 4 Juli 2011 Ada suatu kejadian yang selama ini sudah lama tidak pernah terjadi dipertenisan Indonesia dimana saya terlibat. Saya sedang di Jakarta turnamen Piala Bupati Bogor sedang berjalan dihari kedua. Saya menerima telpon dari Referee disampaikan bahwa rencana penggunaan lapangan di 5 lokasi diciutkan menjadi 2 lokasi saja. Memang rencana semula saya dapatkan laporan dari penanggung jawab RemajaTenis Rahayu MH kalau Piala Bupati Bogor akan menggunakan 4 lokasi artinya total lapangan ada 8 lapangan, tetapi menjelang turnamen diminta oleh Referee karena pesertanya diluar dugaan, maka permintaan Referee tambahan 2 lapangan lagi dan saya anjurkan juga hubungi sama penanggung jawab Rahayu MH agar disiapkan. Saya sendiri sudah sampaikan kepada Referee agar dihitung kembali kebutuhan lapangan tersebut dengan jumlah pesertanya sebelum putuskan tambah lapangan, karena saya tidak mau pusing diadalam tugas merencanakan persiapan turnamen.Ternyata langsung Rahayu bereaksi dengan hubungi Panpel agar permintaan Refere bisa disiapkan oleh Panpel 2 lapangan Brimob di Kedung Halang. Ini berarti tambah tugas baru lagi bagi Rahayu MH, karena sudah diluar rencana berarti ada tambahan dana.
Saya hanya memonitor kegiatan ini sesuai keinginan Panpel yang baru pertama kali selenggarakan turnamen nasional. Dan tenaga pelaksana diserahkan ke crew RemajaTenis.
Sewaktu terima laporan Referee akan ada pengurangan lapangan maka saya anjurkan lapor saja ke atasannya. Dengan penambahan lapangan dari 4 lokasi menjadi 5 lokasi menjelang turnamen maka akan ada perubahan anggarannya, itu logikanya. Beaya lapangan, ballboys, wasit dan tournament desknya.
Rahayu setelah menerima laporan ini langsung merevisi anggaran yang semula meningkat dan memutuskan akan ada pengurangan anggaran dengan berkurangnya 3 lapangan. Memang lapangan tambahan lapangan Brimob direncanakan hanya 2 hari saja.
Mulai dari pengurangan ballboys, kemudian wasit, tournament desk. Setelah dapat konfirmasi Ball boys tidak ada masalah tetapi masalah muncul adalah wasit. Wasit yang digunakan adalah wasit dari Kabupaten Bogor sebagai prioritas utama ditambah wasit dari Jakarta dan Bandung. Maka Rahayu selaku penanggung jawab mencari wasit tambahan dari Jakarta dan Referee mencari wasit dan tournament desk dari Bandung.
Ada pengurangan wasit oleh Rahayu ternyata tidak disetujui oleh wasit dari Bandung, sedangkan wasit dari Jakarta bukan masalah. Mulailan terjadi miskomunikasi antar Referee dan penanggung jawab. Saya sewaktu dilaporkan oleh Rahayu tentang rencana ini cuma mendengar saja dan biarkan jika permasalahan bisa teratasi.
Yang muncul hari ketiga pagi saya ditelpon oleh Direktur Turnamen yang meminta tolong karena ada informasi kalau wasit wasit akan boikot turnamen. Saya mendengar ini langsung naik pitam juga tetapi kepada Direktur Turnamen kalau masalah ini tidak akan terjadi. Sayapun menjamin turnamen akan berjalan seperti biasanya.
Begitu juga saat Referee melaporkan masalah ini kepada saya dan saya menjamin semua permasalahannya bisa teratasi. Tidak disangka ternyata Referee beri kesempatan kepada salah satu wasit dari Bandung mau bicara langsung kepada saya. "Bisa dibayangkan perasaan Bapak yang sedang bertugas tiba tiba diputuskan." ujar Deni salah satu wasit yang datang dari Bandung. Sayapun langsung sampaikan kalau ini masalah miskomunikasi saja antara Referee dengan Rahayu yang bertanggung jawab atas turnamen ini dan kelihatannya wasit ini mulai menurun nada suaranya. Tetapi saat ini juga saya manfaatkan untuk menyampaikan uneg uneg saya. Langsung saya katakan kalau saya mendengar dari Direktur Turnamen kalau wasit mau boikot. Andaikan rencana boikot ini disampaikan oleh wasit langsung kepada saya maka saat itu juga saya akan usir wasit2 yang mau boikot. Karena tidak ada kamusnya bagi saya wasit mau boikot, artinya mau menggagalkan turnamen ini. Dan saya katakan ini untuk kedua kalinya saya alami wasit mau boikot. Dan langsung saya ceritakan kira2 tahun 1990-1991di Samarinda ada Indonesia Masters. Wasit lokal mau boikot atas kepemimpinan saya selaku Direktur Turnamen, dan saya langsung katakan silahkan keluar saja karena saya tidak butuh tenaga kalian. Ini akibat tidak disiplinnya wasit datang kelapangan. Kebetulan saya waktu itu menolak satu wasit yang datang terlambat dan saya minta tidak perlu tugas hari itu juga. Ternyata dia itu pemimpinnya yang langsung mengajak teman temannya. Dan saya tidak gentar dengan gertakan ini. Masalah ini langsung saya angkat ke media masa dengan harapan dibaca oleh petinggi petinggi di Kalimantan Timur, dan cara ini berhasil, karena langsung saya dihubungi oleh Gubernur Kaltim bahkan Kepala Staf Kodam setempat yang saya sudah kenal sebelumnya di RPKAD.
Menyadari hal ini yang sudah pasti ada yang memanas manaskan situasi, maka sayapun katakan saya tidak gentar atas gertakan tersebut. Ternyata wasit dari Jakarta bisa menerima pengurangannya tetapi kenapa wasit dari Bandung tidak. Ini masalah negosiasi antara Referee yang juga asal Bandung dengan mereka.
Tetapi akhirnya rencana boikot tidak jadi dilakukan karena saya juga ancam kalau sampai terjadi jangan harapkan kebagian tugas di Remaja Tenis yang setiap bulan digelar di Jakarta ataupun Bandung.
Akhirnya saya ketahui ada biangnya dari wasit wasit Bandung tersebut yang menghasut rekan rekan wasit dari Cibinong maupun Jakarta, inipun langsung saya sampaikan kepada Rahayu agar tidak digunakan di RemajaTenis Bandung.
Setelah kejadian ini diakhir turnamen, langsung saya minta petugas crew Piala Bupati Bogor dikumpulkan untuk di berikan pengarahan baik oleh Rahayu maupun saya sendiri agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Dan rekan rekan wasit dari Cibinongpun menyampaikan kalau mereka sempat dihasut oleh salah satu wasit asal Bandung tersebut. Bahkan sempat menyebarkan isu ini dengan pelatih pelatih dari Jawa Barat lainnya. Begitulan keinginan wasit tersebut bisa digagalkan setelah saya ikut campur. Akhirnya yang merasa bersalah saling minta maaf. Selesailah tugas saya dalam mengatasi masalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar