Jakarta, 7 Juli 2011. Beberapa minggu lalu saya pernah menerima telpon dari salah satu rekan wartawan di Jakarta. Dia menanyakan masalah atlet tenis dengan induk organisasi tenis Pelti. Karena saya masih menyetir mobil, maka saya hanya sms saja kalau sebaiknya tunggu selesai saya menyetir mobil. Tetapi akhirnya saya tidak terima telpon walaupun saya sudah selesai menyetir mobil.
Ini masalah yang kalau diterangkan tidak dari awal maka akan terjadi berbeda persepsi dengan sebenarnya.
Saya sendiri karena mengikuti cerita dari awal baik maksud dan tujuan dari policy yang dibuat induk organisasi maka sayapun masih bisa memberikan penjelasan kepada siapa saja, tetapi bukan diambil cerita atau minta jawaban sepotong potong seperti selama ini dilakukan oleh rekan rekan saya sendiri akibatnya jadi bulan bulanan jurnalis.
Diawal tahun diedarkan selebaran masalah seleksi nasional dengan tujuan untuk kepentingan tim nasional jika terpilih dari seleksi tersbut. Jadi keinginan pembuat seleksi sudah jelas dan diketahui pesertanys sendiri. Dari nominasi atletpun sudah diberitahu maksud dan tujuannya.
Setelah seleksi maka akan diambil 3-4 peringkat tertinggi hasil seleksi tersbut. Maka diundanglah atlet yang terpilih dalam satu kegiatan di Jakarta. Kegiatan pertama dengan mengatas namakan Indonesia maka pemenang seleksi (kira kira begitu) diikut sertakan dalam kegiatan pertama. Memang setiap tahun kegiatan ini sudah cukup dikenal masyarakat tenis. Hasil seleksi akan diikutkan sertakan dalam dua kegiatan baik didalam negeri maupun luar negeri. Masyarakat tenis khususnya atlet yang ikut seleksi so pasti mengetahuinya, termasuk orangtua ataupun pelatihnya.
Dalam satu tahun akan diikut sertakan minimal dalam 2 kegiatan internasional . Dalam kegiatan pertama atlet berhasil lolos sebagai pemenang dan sebagai hadiah maka atlet tersebut diundang nantinya keluar negeri ikuti suatu kegiatan sebagai hadiah selama 5 minggu. Ini gratis lho.
Setelah kegiatan pertama , langsung diterima pernyataan kalau untuk akan datang semua komunikasi harus melalui seorang manajer seperti pengakuan tertulisnya. Maka dicobalah komunikasi langsung kepada orangtuanya dan gagal, karena sudah terikat dengan komitmennya ada manajer yang akan melayaninya. Sewaktu terima pemberitahuan tersbut, maka sayapun punya feeling kalau akan timbul masalah. Kenapa demikian, karena berdasarkan pengalaman saya di Tenis Indonesia ini sehingga muncul dugaan tersebut.Ternyata benar juga.
Dalam kegiatan pertama, memang sempat terungkap kalau atlet tersebut layak diundang ikuti tour turnamen diluar negeri yang dibeayai untuk kelompo umur diatasnya (artinya gratis bagi atlenya), tetapi harus melalui induk organisasi di Tanah Air sesuai ketentuan internasionalnya. Ini pendapat pelatih asing terhadap prospek atlet tersebut.
Kemudian Indonesia harus mengirimkan tim nasional ikuti kejuaraan dunia diluar negeri, dimana atlet tersebut sesuai komitmen di seleknas terpilih membela Merah Putih. Saya tahu selama ini ada kebanggaan tersendiri bagi atlet yang baru pertama kali terpilih membela Merah Putih sehingga otomatis akan setuju.
Tapi ini lain lagi, seperti dugaan saya semula. Ternyata mendapat jawaban tidak langsung dari atlet tersebut melalui manajer yang ditunjuknya, kalau tidak bersedia membela ikut dalam tim nasional. Alasannya adalah bukan lawannya dan dia harus berjuang sendiri dalam tim. Disinilah saya melihat ego nya lebih menonjol, bukan keinginan membela Merah Putih.
" Ya, kalau sudah begitu mau diapain lagi. Betulkan dugaan saya sebelumnya kalau akan ada masalah.? " ujar saya kepada rekan sendiri yang bertanggung jawab atas tim nasional ini.
Sehingga induk organisasi harus menerima keinginan tersebut. Masalah ini ada dua pendapat yang berbeda dan sah sah saja. Apalagi kalau tidak ikuti permasalahan sebelumnya. Karena sudah demikian, terpaksa keinginan tidak mau membela Merah Putih harus diterima.
Kemudian terima undangan ikuti tur keluar negeri sebagai hasilnya di kegiatan pertama. Dan langsung dikirimkan kepada petenis tersebut melalui manajernya. Dan jawabannya yang diterima sama juga seperti diatas, menolak karena lebih mengharapkan hadiah tur untuk kelompok umur diatasnya. Ini juga wajar wajar saja keinginan tersebut untuk meningkatkan prestasi. Yang jadi pertanyaan segelintir rekan saya, adalah kenapa musti pilih-pilih sedangkan atlet tersebut sebagai yang diundang. Jadi tergantung yang mengundang.
Inilah masalah yang berkembang dan muncullah persepsi sepihak apalagi ditambah opini dari beberapa teman yang sedikit kecewa yang memojokkan. Wajar saja persepsi orang kecewa berbeda dengan yang tidak kecewa, sehingga kacamata melihat permasalahannya sangat sangat berbeda. Inilah tenis di Indonesia ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar