Solo, 5 Maret 2009. Kemarin kedatangan salah satu tenaga lapangan yang sudah cukup pengalaman di Jakarta dalam menempatkan spanduk spanduk internasional sponsor Davis Cup by BNP Paribas yaitu Gepeng berasal dari Jakarta, meringankan beban pikiran dan tenaga saya mempersiapkan pemasangan sarana promosi tersebut. Sebelumnya dikerjakan sendiri dibantu tenaga lokal yang kerjaan lainnya maka merekapun sudah hilang dan sulit dicari bahkan sudah pulang rumah dan kerjaan ditinggal begitu saja. Gepenpun langsung diminta agar tetap di Solo karena sudah mau pulang ke Jakarta dengan memberikan tanggungan hotelnya di Solo. Tetapi hari ini Gepeng sudah harus kembali ke Jakarta dengan pekerjaannya sudah rapi. Sebelum kembali ke Jakarta sayaun sampaikan terima kasih kepadanya yang sudah meringanan beban saya selama di Solo.
Referee Asitha Attygala masih tetap bertanya tanya kepada saya karena tenaga Panitia sendiri tidak ada ditempat apalagi sekretaris Pelti Surakarta lebih banyak menghindar jika ada permasalahan berlagak tidak tahu walaupun tahu saya yang membutuhkan. Hanya merasa sebagai angggota panpel tapi tidak merasa seperti angota Pelti Solo. Begitulah kesan saya terhadapnya.
Tenaga perlengkapan dibawah tanggung jawab Eny tidak bisa berbuat banyak jika ditanyakan kebutuhan yang sudah disepakati agar disiapkan segera karena Referee ingin melihatnya. Yang lebih konyol lagi adalah backdrop lapangan belum kelihatan padahal semalam sudah dijanjikan esok harinya akan dikirimkan kelapangan. SMS ke ketua panpel, dapat jawabn pukul 10.00 akan dikirim kelapangan. Sampai pukul 11.00 masih belum kelihatan sedangkan Referee sudah minta waktu mau melihatnyaatau mengontrolnya.
Datang keruangan panitia melihat bagian yang mengurus soal undangan dan tiket, minta agar jatah sponsor internasional yang seharus dikirim jauh jauh hari. Ketua panpel sudah menjanjikan akan diberikan tetapi sampai hari ini belum juga. Tapi jawabannya selalu ada. Bagian tiketingpun menjawab yang sama. “Kapan saya bisa dapatkanundangan VIP dan tiket yang diminta oleh referee.” Dan jawabannyapun hampir saya membuat marah tapi karena hari ini gunakan songkok untuk menahan kemarahan bisa menahannya. Hampr saja saya mau maki maki juga karena jawabannya saya anggap konyol. Yaitu “tunggu sampai waktunya luang.” Ini jawaban konyol menurut saya. Untung maki makian gaya Surabaya tidak keluar.
Menjelang siangpun, Referee masih bertanya tanya kebutuhan yang sudah dijanjikan, tetapi sampai siang ini tidak ada yang muncul. “ What I can do “ Lapangan baru dipasang payung, backdrop mulai dipasang. Masuk ke ruang referee, Asitha katakan banyak orang yang Cuma duduk duduk tidak ada yang dikerjakan. Menjelang sore saya diajak untuk ikut talksho dengan stasion TV lokal tapi karena masih belum selesai seluruh tangung jawab, sayapun tolak dan menganjurkanagar Sekjen PP Pelti saja yang diundang.
Kursi didalam lapangan maupun ruangan2 pemain masih kosong. Akhirnya Referee sudah tidak tahan mengatakan kepada saya kalau dia mau tunggu sampai semua kebutuhan harus sudah dipenuhi sore ini. Kalau tidak besok pagi pertandingan saya undur. Waduh ini baru ancamannya cukup tanggu. Langsung saya SMS saja kenomor nomor telpon anggota panpel lainnya.
Setelah itu baru muncul panpelnya. Dan akhirnya satu persat kebutuhannya dipenuhi. Jam sudah menunjuk ke angka 19.30, dan pulang ke hotel dan makkan malam di Novotel Hotel direstoran Jepang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar