Solo, 4 Maret 2009. Sarapan pagi diluar hotel, saya menikmati makanan di resto Adem Ayem di jalan Slamet Riyadi. Saya pilih gudeg dengan air minum teh panas cukup membuat pikiran agak tenang. Maklum saja selama ini datang ke Solo bukannya bisa menikmati City never sleep begitulah slogan yang beredar dikalangan masyarakat.
Setelah itu kembali ke lapangan Manahan untuk meneruskan berbagai macam permasalahan yang belum bisa dituntaskan sampai hari ini sedangkan eventnya sendiri makin dekat. Desakan dari ITF Referee Asitha Attygala mengenai kebutuhan Davis Cup by BNP Paribas yang belum dipenuhi oleh panitia penyelanggara dan banyak janji janjinya. Makin didesak bukannya makin menyelesaikan masalahnya karena kesiapan maupun kegesitan panpel seirama dengan alon alon asal kelakon, sedangkan event internasional membutuhkan ora alon ora waton ning klakon artinya cari saja sendiri saya juga pusing mau terjemahkan.
Acara drawing malam ini sudah harus disiapkan, semalam sewaktu rapat dengan Walikota dikediamannya sudah dibicarakan dan dicatat bersama kebutuhan sampai lay-out ruangan yang akan digunakan. Dari Manahan kembali ke hotel pukul 15.00 istrahat sedikit dan berpakaian resmi menuju ke tempat kediaman Walikota tepat pukul 16.15 sambil melihat kekurangan kekurangan yang mungkin terjadi. Ternyata sampai diruangan yang disediakan masih seperti semalam kondisi ruangan tersebut, artinya belum disentuh untuk persiapan acara drawing Davis Cup by BNP Paribas. Sudah diduga kejadian ini berdasarkan pengalaman selama dua-tiga hari terakhir yaitu dengan nggih2 botennya. Panpel lainnya dicari dengan telpon yang bertanggung jawab tidak bisa karena tidak aktip. "Mau diapakan lagi kalau kondisi sudah begini." ujar saya ke Hudani Fajri. Oleh rekan Hudani minta agar lapor saja ke Soebronto Laras Wakil Sekjen PP Pelti agar tidak disalahkan, tapi saya tidak akan lakukan kecuali sudah tidak bisa mengatasi sendiri.
Terpaksa duduk terpaku dengan lemas melihat indahnya lukisan lukisan didinding tempat kediaman Walikota sebagai penghibur hati yang sedang marah karena keteledoran paniti setempat. Duduk saja, tidak bisa berbuat apa apa.
Menyempatkan diri untuk bersenandung agar tidak konyol lagu Que Sera Sera, what ever will be will be.
Tiba tiba datang Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo pulang dari kantornya. langsung berbicara sebentar dan diapun kaget melihat situasi demikian. Akhirnya baru Walikota yang menelpon semua stafnya termasuk bagian rumah tangga Walikota. Kaget juga dengar gaya Solo atasan menegur bawahannya cukup halus dengan suara pelan dan halus. Biasanya selama ini kalau pimpinan marah kebawahannya dengan nada keras tapi kali ini berbeda banget. Memang ini Solo bukan Jakarta.
Baru setelah itu berdatangan satu persatu dan jam sudah menunjukkan pukul 16.45 dansedangkan acaranya dimulai jam 18.00.
Akhirnya SMS saja ke Soebronto Laras Sekjen PP Pelti menyampaikan situasi saat ini. Sayapun sudah tidak mau berbuat apa apa lagi karena sudah lemas melihat apa yang terjadi. Mau marah kepada siapa, lebih baik duduk manis saja karena ada kekuatiran bisa tiba tiba dapat serangan jantung bisa buat semua pihak jadi repot.
Tenangkan diri sejenak dan setiap ada yang bertanya dibiarkan saja menjawab sendiri.
Akhirnya telponpun datang dari Soebronto Laras menanyakan situasi ditempat Walikota dan sayapun katakan sudah mulai dikerjakan. "Ya begitulah bad experience yang didapat." ujar sayapun demikian.
Kesibukan makin meningkat karena banyak masalah yang belum diselesaikan dan acara awal pukul 18.00 bisa mundur menjadi puul 19.00. Referee sudah berkali kali tanya kapan mulai acaranya sedangkan kedua tim sudah hadir.
Masalah berikutnya adalah tidak ada Master Ceremony, dan mereka minta agar saya saja jadi MC tapi sayapun tolak dengan alasan suara kurang bagus. Akhirnya salah satu LO dimintakan jadi MC. Acarapun berjalan seperti biasanya.
Setelah acara selesai dilanjutkan dengan welcome dinner dikediaman Walikota yang tempatnya cukup luas. Satu persatu acara berjalan dan tiba saat makan malam maka dipilihnya Selat Solo semacam salad, cukup enak karena untuk pertama kali menikmatinya. Tanpa nasi, setelah itu dipilih lagi yang lainnya seperti garang asem bumbung. Isinya ada ayam, telur dimasukkan dalam bambu . Rasanya cukup nikmat sekali sehingga bisa melupakan masalah sebelumnya. Ada lagi makanan lainnya yaitu Tengkleng isinya kambing. Tambah Mie Godong dan akhirnya makanan terakhir karena sudah kenyang adalah Wedang Ronde. memang maknyus soal makanan di Solo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar