Solo, 7 Maret 2009. "Opa, bikin dong turnamen di Solo." begitulah ungkapan persahabatan yang diberikan kepada saya oleh salah satu pembina tenis dikota Solo, yaitu Irsyad yang sudah merasa seperti saudara sendiri selama ini dan sering berkomunikasi baik saya di Jakarta mauun di Solo saat ini. Ini permintaan tulus datang dari salah satu pemuda kota Solo kepada saya.
Selama berada di Solo setiap hari selalu berdiskusi soal tenis di Solo yang dia sendiri cukup prihatin menghadapinya. Memang diakui selama ini kurang dukungan datang dari Pelti Solo, tetapi saya selalu berikan motivasi untuk tidak gentar terhadap kekurang pedulian ini. Selama bisa berprestasi di tenis tentunya Pelti akan perhatikan .
Disela sela minum es durian, Irsyadpun ingin ada Turnamen Nasional di Solo, karena belum lama ini agak kecewa kerja sama dengan rekan dari Jakarta. Diceritakannya sampai detail sekali mulai diundang ke Jakarta dimana dia merasa diperlakukan tidak wajar sampai di Solo sekalipun. " Opa tidak mau ikut campur masalah Anda dengan rekan dari Jakarta. Tapi kalau mau kerjasama dengan Opa so pasti jelas bentuk kerjasamanya. Asal tahu saja , kalau Opa ini buat turnamen itu untuk cari keuntungan. Opa bukan orang munafik, manis didepan tapi pahit dibelakang atau kemudian hari. Jelas untuk cari keuntungan. Opa ini bukan sinterklas. Baik bikin Persami maupun TDP." ujar saya kepadanya.
Memang keinginan ada turnamen dikota Solo bukan hanya keinginan Irsyad pribadi saja, tetapi datang juga dari rekan lainnya Ny. Anna Supriyadi yang langung kemukakan kalau mau bekerja sama. Keduanya sendiri sampaikan kekecewaan serupa dengan rekan dari Jakarta, yang saya sendiri tidak mau ikut campur.
Saya sendiri katakan kalau mau bantu saya minimal akan menerima keuntungan Rp. 1 juta dan selebihnya keuntungan saya. Dan ikut aturan yang saya berikan jauh jauh hari sudah disepakati bersama.
"Opa harus tahu, saya yang berhadapan dengan orangtua, janganlah kita buat janji janji muluk tetapi tidak bisa dilaksanakan. Ini contoh buruk yang saya alami." Mendengar hal ini terjadi padanya, membuat hati teriris juga.
"Opa paling anti janji janji hadiah macam macam kepada pemenang. Ini tidak perlu kita lakukan sehingga tujuan awal bisa berubah." ujar saya menjelaskan kepadanya.
Saya sendiri sedang konsentrasi pelaksanaan Davis Cup by BNP Paribas yang membuat pusing kepala tujuh keliling. Tetapi jika ini suatu keinginan yang datang dari hati yang tulus dan dengan menguntungkan kedua belah pihak, kenapa tidak kita lakukan. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar