Jakarta, 20 Maret 2009. Hari ini dimulai turnamen internasional Jubilee School 14 U Asian Champs 2009 di Pusat Tenis Kemayoran Jakarta. Disela sela pertandingan, ada sedikit pembicaraan menarik antara Suresh Menon ITF Development Officer, Aga Soemarno, Ardi Rivali pelatih, didengarkan oleh saya sendiri disamping Referee turnamen Slamet Widodo.
Ada yang cukup menarik dari pembicaraan ini adalah apa yang disampaikan oleh Suresh Menon kepada Aga Soemarno dan Ardi Rivali. Masalah salah satu petenis Indonesia hasil dari turnamen ini ditahun 2008. Suresh sampaikan kalau petenis Indonesia itu kerjanya makan dan shopping .Akibatnya tambah gemuk. Ini berita kurang bagus. Hal ini diakui juga oleh pelatih Sri Lanka Chris P yang ikuti tur ke Eropa tahun lalu.
Oleh Ardi disampaikan kalau hasilnya di Eropa atlet tersebut sempat juara ganda campuran . Oleh Aga disampaikan kalau program development itu bukan hasilnya tetapi tunjukkan effortnya untuk mencapai tujuan.
" Disiplin petenis harus mulai mendapatkan perhatian jika ingin maju. Kelemahan petenis Indonesia adalah disiplin." ujar saya.
Oleh Aga minta agar Pelti menegur atlet tersebut, tetapi saya katakan seharusnya laporan dari ITF kepada pelti. Memang ada laporan dari pelatih yang membawa tim ITF selama di eropa tetapi tidak dicantumkan masalah makan dan shopping ini. Suresh juga akui tidak ada dalam laporan tersebut, hanya ada anjuran untuk atlet tersebut.
Sekarang harus diperhatikan adalah kewajiban atlet dan selama ikuti turnamen khususnya diluar negeri tanpa pelatih ataupun orangtua maka pengamatan dilapangan sangat minim sekali, akibatnya bagi atlet yang kurang disiplin akan terjadi hal hal seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar