Solo, 1 Maret 2009. Kelelahan akibat perjalanan dengan mobil dari Jakarta masih belum hilang tetapi tugas sudah menunggu. Dengan badan yang masih mengantuk, tepat pukul 09.00 pagi langsung menuju lapangan tenis Manahan untuk melihat persiapan pelaksanaan Davis Cup by BNP zone Asia Oceania Group 2 antara Indonesia dan Kuwait.
Materi promosi yang sudah dikirimkan dengan truk sehari sebelumnya sudah tiba lebih awal. Tiba di lapangan Manahan, ketemu Totok Gani selaku Direktur Turnamen. Ternyata lapangan masih akan di repaint lagi disekitar lapangan permainan.
"Bagaimana kalau dipasang saja semua prisma yang dikirim dari Jakarta." begitulah pertanyaan saya berikan kepadanya. Ternyata hari ini tidak bisa dikerjakan karena pintu gudang tempat penyimpanannya dikunci dan sekarang hari libur. "Lebih baik besok saja." ujarnya. Saya bersama Hudani Fajri jadi bengong juga, karena datang mau kerjakan semua persiapan tetapi situasi di Solo berbeda. Sehingga tidak ada yang bisa dikerjakan.
Melihat lapangan Manahan cukup rapi karena sudah repaint, sehingga Hudani Fajripun sempat nyeletuk. " Bikin saja Persami Om waktu pelaksanaan Davis Cup nanti." ujar Hudani dengan serius. Memang tidak terpikirkan oleh saya karena sedang berkonsentrasi ke Davis Cup by BNP Paribas. "OK bisa saja saya selenggarakan Persami Piala Ferry Raturandang tanggal 7-8 Maret 2009. Tapi gimana dengan lapangannya." tanya saya ke Totok Gani. Langsung diperbolehkan penggunaannya, tetapi saya akan bertanya kepada Ketua Pengkot pelti Solo dr. Budiyanto SF.
Ketika ditanyakan masalah barang cetakan seperti undangan yang harus dikirimkan ke International sponsor Davis Cup oleh Totok Gani disampaikan bukan dia yang menanganinya. "Waduh repot juga karena ITF sudah menanyakannya terus." Kontak dr. Budiyanto dapat kabar untuk hubungi Ketua panpel yaitu Budi Suharto yang saya tidak kenal dan tidak punya nomer tilpon genggamnya. Apaboleh buat, harus tunggu besok hari kerja baru bisa ketemu, karena sayapun minta aktu ketemu panpelnya, tetapi dapat jawaban besok saja sekarang lagi libur. Pikiranpun tidak tenang karena banyak masalah yang belum terselesaikan. "Besok semua undangan sudah selesai cetak." ujar dr. Budiyanto. Masalah ini langsung dilaporkan ke Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto. "Maklum mereka sedang kesulitan uang pelaksanaan yang masih kurang." ujar Johannes Susanto.
Setelah itu kembali ke hotel dan langsung hubungi salah satu rekan yang sering berkomunikasi dengan saya dari Solo yaitu Irsyad kakak dari Irfan Dwi N petenis yunior andalan Solo , yang baru baru ini ikut seleknas 16 tahun di Padang. Janjian ketemu di Hotel Novotel dan berjalan bersama sama mencari makan siang karena sudah waktunya makan siang.
Pergilah ke salah satu rstoran Soto Triwindu yang terletak di jalan Kepabron. Tempatnya cukup sederhana hanya dengan kipas angin tetai cukup banyak juga yang sudah dududk menikmatinya.
Kelihatannya ada keinginan dari Irfan untuk menyampaikan curhat kepada saya masalah kekecewaannya setelah menjadi referee turnamen di Solo yang telah berjalan seminggu sebelumnya. "Saya tidak ikut campur masalah tersebut karena tidak ikut terlibat didalamnya." ujar saya setelah melihat seriusnya Irsyad terhadap permasalahan ini.
Kemudian saya ceritakan kalau suatu TDP (Turnamen Diakui Pelti) harus punya Referee yang ditunjuk oleh PP Pelti dan berlatar belakang perwasitan. Jikalau Irsyad yang sebenarnya hanyalah pelatih tenis tetapi tidak mempunyai latar belakan ataupun pengakuan sebagai Referee untuk turnamen bukan TDP bukanlah masalah. " Berarti itu bukan TDP ya !" saya meyakinkannya. Akhirnya dia minta agar saya buat juga Persami Piala Ferry Raturandang ataupun TDP di Solo karena dia ingin membantu. "Saya kalau buat turnamen itu tujuannya untuk cari keuntungan. Kalau tidak untung jangan harap saya mau bikin turnamen. Kalau mau kerjasama dengan saya maka persyratannya harus jelas. You akan dapat berapapun akan saya beritahu sebelumnya sehingga tidak berbuntuk panjang." ujar saya menanggapi keinginannya. "Baik saya pikirkan dimasa mendatang buat TDP di Solo, karena sedang konsentrasi di Jakarta dan luar kota lainnya yang minim turnamen nasional ataupun Persami." ujar saya untuk menenangkan.
Kembali ke hotel, bukanlah untuk istrahat karena saya harus ke bandara menjemput tim Kuwait yang tiba pukul 17.15 di Bandara Adi Sumarmo bersama dr Budiyanto dan Totok Gani, langsung ke ruang VIP yang sudah disiapkan Panpel. Ini untuk kedua kalinya masuk keruang VIP Bandara Adi Sumarmo. Yang pertama kali kurang lebih dua atau tiga tahun silam atas undangan Kapolwil Surakarta, Kombes Pol Yoce Mende. Rombongan dari Jakarta bersama Angelique Widjaja dan saya bersama istri tiba di Bandara lansgung dijemput masuk ruang VIP.
Ketemu Mr. Ghalib yang pernah dikenalnya sewaktu saya aktip ikuti pertemuan tahunan baik Asian Tennis Federation(ATF) dan International Tennis Federation (ITF). Menyambut tamu dengan berbasa basi sedikit untuk menyenangkan beliau ternyata hal yang sama dilakukannya kepada saya.
Ternyata salah satu angota tim Kuwait ketinggalan telpon genggamnya diatas pesawat, dari baru dilaporkan setelah beberapa menit kemudian. Dicari dalam pesawat garuda tidak diketemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar