17 Juni 2008. Apalah Arti Suatu Nama? Kelihatannya sangat sepele tetapi tanpa disadari bisa merugikan sendiri. Terutama jika ingin ikuti suatu turnamen tenis baik nasional maupun internasional. Kesalahan kecil akan merugikan diri sendiri. Memang hal ini dalam penulisan nama peserta harus mendapatkan perhatian tersendiri. Banyak nama yang mucul sehingga suka lupa diri. Ada yang namanya berbeda di KTP karena terlalu panjang, lebih senang menggunakan naa panggilan saja. Semua ini bisa saja berlangsung asalkan setiap mendaftarkan diri selalu konsisten namanya tersebut.
Karena disetiap pendaftaran Turnamen tenis, panitia akan catat nama tersebut dengan nama yang sesuai diisi di formulir pendaftarannya. Seringkali pendaftaran dilakukan melalui orang lain sedangkan ornag tersebut hanya tahu nama panggilannya. Akibatnya sewaktu hasil turnamen dikirimkan maka angka yang didapat keluar sesuai dengan nama yang tercantum didalam undian hasil pertandingan. Dan dari daftar peringkat akan muncul nama tersebut. Pernah kejadian di peringkat ITF yunior maupun PNP.
Kemarin August Ferry Raturandang terima tilpon dari Batam (Kepulauan Riau) karena sewaktu awalnya pendaftaran Pekan Olahraga nasional XVII disebutkan nama DINA.
Setelah disortir nama nama tersebut, nama DINA tidak ada PNP atau peringkat nasionalnya. Padahal yang dimaksud adalah DINA AZWAR yang memang ada PNP. Jika saat itu didaftarkan nama DINA Azwar maka tim putri Kepulauan Riau akan klolos ke Pekan Olahraga Nasional XVII 2008 di Bandung. Ini kesalahan kecil tetapi besar pengaruhnya. Sama juga beberapa waktu lalu nama petenis Yogya dikenal dengan Ida Sutedja disuatu saat dia menggunakan nama panjangnya Ida Wrestiwiratna, sehingga di PNP keluar dua nama berbeda tetapi satu orangnya. Menyadari kekeliruan tersebut maka Ida meminta ke PP Pelti untuk nama seterusnya adalah Ida Wrestwiratna seperti yang tercantum dalam PNP sekarang. Ada juga beberapa pemain dan sudah mulai diperbaiki setelah PP Pelti melihat ada kejanggalannya.
1 komentar:
Kalau boleh saya mengomentari topik ini...khususnya mengenai IDA FARIDA (tertulis-red)..bukti bahwa administrasi PELTI amat sangat tidak profesional sebagai sebuah induk olahraga karena se-salah-salahnya orang menulis, yang ada IDA SUTEDJA bukan IDA FARIDA.
Nama lengkap yang bersangkutan IDA WRESTIWIRATNA...dan itu dipakainya sejak kecil. Nama Ida Sutedja muncul karena kreatifnya pengurus PELTI DIY seperti halnya DIMAS PARPAR...
Apakah Pak Fer telah minta kondirmasi dengan yang bersangkutan? Ida Wresti..?? Saya yakin belum karena dia bukan petenis kemarin sore. Saya sempat berbincang dengan Ida mengenai hal tersebut. Ia dengan sigap mengurusnya di PP PELTI, bukan mengenai PERGANTIAN NAMA...tapi MENGAJUKAN NAMA YANG SEBENARNYA karena selama ini telah dipelintir oleh oknum PELTI DIY...
Namun, meski berkali-kali telah dikonfirmasi, beberapa kali turnamen masih saja menggunakan IDA SUTEDJA...padahal sudah dikonfirmasi LANGSUNG ke PP PELTI perihal tersebut.
Ini bukan salah siapa atau saling menyalahkan. Namun PP PELTI juga harus berbenah diri kalau memang ingin dikatakan sebagai induk olahraga tenis di Indonesia yang profesional secara administratif. Saya rasa itu bisa menjadi cerminana dimana orang lain tidak tahu apa yang terjadi mengenai KINERJA rekan-rekan di PP PELTI.
Ini semua demi kemajuan manajemen organisasi bukan? Saya rasa Pak Fer setuju dengan hal ini.
Posting Komentar