Jakarta, 8 Juni 2013. Saya mau mencoba berikan masukan sedikit masalah pertenisan Indonesia dari segi organisasi Pelti didaerah daerah, karena sudah banyak muka muka baru yang duduk dalam kepengurusan didaerah daerah. Kadang kala pimpinan baru tidak didukung oleh muka lama. Ada segi positipnya yang bisa saya kemukakan. Kemungkinan muka lama sudah tidak bisa diandalkan berinovasi sehingga tenis didaerah ikut melempem. Nah, bagaimana memulainya. Biasanya program kerja datang dari Pusat sehingga bisa berkesinambungan.
Kita harus mulai dari mana.
Anggap saja daerah tersebut belum ada petenis yuniornya. Maka mulailah program pengembangan dengan memperkenalkan tenis ke orang awam. Targetnya adalah siswa sekolah. Bisa dari tingkat Taman Kanak2 atau Sekolah Dasar. Pembinaan itu makan waktu lama. Kita jangan berpikiran instant. Sangat keliru sekali.
Anggap saja daerah tersebut belum ada petenis yuniornya. Maka mulailah program pengembangan dengan memperkenalkan tenis ke orang awam. Targetnya adalah siswa sekolah. Bisa dari tingkat Taman Kanak2 atau Sekolah Dasar. Pembinaan itu makan waktu lama. Kita jangan berpikiran instant. Sangat keliru sekali.
Pengenalan tenis ke TK, saya hanya ingatkan ada program dari ITF, yang dulu dikenal sebagai Mini Tenis tetapi sekarang sudah diubah menjadi Play & Stay. Ini bisa juga langsung ke Sekolah Dasar ataupun diatasnya. Kemudian dijalankan kompetisi dari siswa siswa ini. Jika ini dijalankan terus maka akan didapatkan banyak petenis yunior.
Setiap daerah so pasti memiliki pelatih. Umumnya pelatih yang mantan petenis menjadi pelatih. Anggap saja belum bersertifikat nasional. Maka dilakukan juga penataran pelatihnya. Jadi muncul atlet baru diikuti pelatih maka pembinaan akan berjalan dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar