Bogor, 2 Juni 2013. Banyak pertanyaan muncul dari rekan rekan didaerah masalah KTA Pelti (Kartu Tanda Anggota Pelti) kepada saya yang tidak bisa berikan jawaban yang memuaskan mereka. Karena apa, karena sewaktu era PP Pelti yang lalu KTA Pelti itu digalakkan melalui turnamen turnamen, dan peranan RemajaTenis cukup besar karena pelaksanaan turnamen RemajaTenis sudah pernah berlangsung di Medan, Payakumbuh, Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Palu, Manado, Surabaya, Ambarawa, Tegal, Solo, Bantul (DIY), Sumbawa Besar, Mataram (NTB), Cirebon, Bandung dan Jakarta.
Saya coba minta rekan saya untuk bertanya kepetugas yang disiapkan PB Pelti dikantor sekretariat, maka jawaban yang didapat saat ini Pelti tidak terbitkan lagi KTA Pelti tersbut. Nah, ini lagi kekeliruan atau kesalahan dilakukan Pelti kalau mengabaikan KTA Pelti tersebut. Karena apa? Karena dalam persyaratan peserta turnamen Diakui Pelti sebutkan salah satu persyaratan adalah memiliki KTA Pelti. Kalau samapi tidak dijalankan , gimana nasib KTA tersbut.
Memang selama ii uanh membuat KTA Pelti itu adalah pihak luasr sehungga dibutuhkan beaya. Dulu sewaktu masih diPelti saya pernah usulkan agar peserta yang menhajukan KTA Pelti dikenakan beaya karena harus membayar kepada pembuat KTA tersebut. Tetapi kita harus maklum karena Ketua Umunya saat itu Martina Widjaja tidak mau memberatkan pemilik KTA tersbut sehingga tidak dibebankan kepada peserta TDP. Kareba dia punya uang sebagai konglomerat tentunya mampu membayarnya.
Sekarang entah apa masalahnya tetapi bagi saya juga maklum saja, Apalagi sejarang ada 5 turnamen internasional Pro-Circuit dibatakan karena tidak ada beaya. Nah, apakah sekarang PB Pelti alami kesulitan beaya untuk turnamen apakah juga tidak mampu mengadakan KTA Pelti yang sebenarnya bisa diatasi jika dibebankan kepada pemilik KTA tersebut.Padahal saat ini sudah adakecintaan terhadap Pelti dengan memiliki KTA tersebut sangat memotivasi atlet maupun pelatih untuk memilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar