Jakarta,22 Maret 2010. Hari ini saya menerima SMS dari salah satu rekan Pelti didaerah yang isinya cukup mengagetkan juga. Karena tidak sesuai dengan arahan Pelti selama ini saya kembangkan kedaerah daerah. Isinya adalah mohon Pelti.... dilibatkan karena kalau tidak Pelti... tidak bertanggung jawab bila terjadi sesuatu atau Pelti... anggap saja tidak ada.
Sewaktu menerima SMS ini dalam perjalanan dari Ragunan ke Rasuna untuk melihat teman teman bermain tenis.
Saya langsung forward SMS ini ke Ketua Pelti tersebut dimana saya kenal karena yang mengirim SMS ini adalah Sekretaris Pelti tersebut. Dan juga ke Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto untuk sekedar tahu permasalahannya.
Sayapun langsung jawab dengan menyampaikan kalau dengan senang hati jika mau sebagai sponsor atau pelaksana RemajaTenis yang konsepnya jelas. "Kami membuka pintu" kira kira begitu, tetapi tidak mendapatkan jawaban lagi.
Saya pun berpikir pikir kembali , maksud dan tujuan maupun alasan sampai muncul SMS tersebut. Selama ini jika saya selenggarakan RemajaTenis selalu saya kirimkan surat pemberitahuan ke Pelti setempat adanya kegiatan tersebut. Saat pertama kali selenggarakan RemajaTenis dikota tersebut saya mengirimkan surat pemberitahuan dan juga menanyakan jika diperkenankan meminjam ruangan di kantor Pelti tersebut sebagai tempat penyelenggara bekerja. Tetapi surat itu sampai sekarang tidak dibalas juga, tetapi RemajaTenis tetap jalan terus.
Karena tidak dijawab, sayapun bisa saja berpikir yang negatip maksud dari turnamen tersebut, tetapi agar lebih jelas sayapun cari informasi keteman teman dikota tersebut siapa tahu ada info jelas tentang hal tersebut. Memang rekan ini saya pernah kenal tetapi tidak terlalu dekat sekali.
Tetapi lebih baik saya berpikir positip saja supaya saya tidak pusing kepala, karena kalau pikiran negatip maka saya akan pusing sendiri sedangkan masyarakat tenis sangat mengharapkan keberadaan turnamen tersebut. Kalau sudah pusing tentunya otak akan jadi buntu sendiri sehingga way out saya paling gampang tidak usah buat turnamen dikota tersebut. Nah, pasti beres sudah. Tetapi apakah ini memecahkan persoalannya, tentunya tidak.
Saya sendiri sering bertukar pikiran dengan orangtua petenis dimana saya ingin menyatukan visi maupun persepsi mereka tentang turnamen tenis adalah kebutuhan atlet tenis. Karena mereka ini belum mengenal permasalahan tenis di Indonesia dimana unsur ego masing masing pihak sangat menonjol sekali. Ini yang menimbulkan polemik jika selalu dipermasalahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar