Jakarta, 4 Maret 2010. Keputusan induk organisasi tenis di Indonesia yaitu Pelti dengan mengusulkan pembatasan umur peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII tahun 2012 di Riau, diperkuat oleh Rakernas Pelti tanggal 20-21 Februari 2010 telah memberikan warna baru bagi pertenisan Indonesia. Dampaknyapun mulai terlihat dengan makin bergairahnya pengurus Pelti didaerah daerah untuk turut dalam kompetisi nasional demi nama daerah.
Harus diakui kalau selama ini PON berlangsung sangat memprihatinkan sekali karena yang terjadi bukannya PON Prestasi tetapi menurut saya adalah PON Prestise. Bisakah kita bayangkan atlet PORDA(PORPROV), PON, SEA GAMES , Asian Games maupun Olimpiade ternyata sama saja. Tidak ada jenjangnya.
Saya pernah menjadi atlet daerah membela daerah NTB sewaktu PON V 1961 di Bandung sangat merasakan sekali jika atlet sudah berlatih keras ternyata yang dipilih adalah atlet dari lain daerah akibat dari main beli atlet. tetapi saya akui ternyata lebih murah beli atlet dibandingkan membina atlet didaerah.
Kalau kita kenal dengan MARKUS (Makelar Kasus), maka jangan pikir di pertenisan tidak ada makelar atlet yang diperjual belikan kepada daerah daerah. Sudah berjalan dari 4 atau lebih PON. Menurut pengamatan saya sejak Jakarta menjadi tuan rumah mulailah terjadi pembelian atlet.
Dalam kepengurusan PB Pelti tahun 2002-2007, ada edaran dari Sekjen agar pengurus tidak dipernkenankan ikut serta dalam pembelian atlet.
Sekarang, dengan ketentuan baru disebutkan pembatasan usia yaitu kelahiran tahun 1991 atau usia 21 tahun disaat PON XVII berlangsung, dengan tujuan agar daerah mulai sekarang membina atlet lebih serius, tetapi sudah ada gejala gejala luka lama mulai dilakukan. Hanya bedanya dulu dijuat atlet atlet tua (istilahnya, karena mempunyai PNP tinggi), sekarang mualilah Markus markus ini melirik atlet yunior potensial.
Bahkan ada satu organisasi mengatas namakan sekelompok orang, mulai dianjurkan atau diusulkan salah satu anggota pengurusnya untuk membantu promosikan atlet atlet yunior kedaerah daerah daerah ini. Inilah dia , berarti tujuan mulia Pelti mulai dibelokkan. Nah untuk itu saya berharap agar rekan rekan didaerah daerah tidak mudah terpancing dengan perbuatan perbuatan seperti markus ini.
Saya lebih cenderung agar daerah daerah lekukan program sentra dengan mengumpulkan 4 atlet usia 14 tahun dengan pelatihnya, dimana Pelti akan membantu dengan programnya. Dan kelihatannya ada daerah sudah mulai tertarik dengan program ini.
Mudah mudahan rekan rekan didaerah tidak terpancing dengan ulah organisasi seperti diatas itu. Biarkanlah daerah berkembang dengan baik, karena jika sportvitas yang diwajibkan kepada atlet tetapi justru pembinanya mengabaikan, maka hancurlah tenis yang kita cintai ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar