Jakarta, 20 Maret 2010. Saat muncul pemikiran selenggarakan turnamen tenis adalah untuk memenuhi kebutuhan atlet tenis, maka dicari berbagai cara sehingga segala macam kendala disuatu penyelenggara mulai dibedah satu persatu sehingga keinginan ada turnamen bisa terwujud.
Muncul pertama adalah sewaktu program Persami yang merupakan pertandigan sabtu minggu dijalankan sejak tahun 1996 di Jakarta. Keberhasilan selenggarakan Persami secara rutin, membuat suatu kebanggaan saya sendiri karena bisa mewujudkan dengan lancar secara rutin dan sulit diikuti oleh rekan rekan lainnya.
Kemudian ditingkatkan menjadi suatu keinginan selengaraan Turnamen Diakui Pelti (TDP), walaupun beberapa puluh tahun silam pernah selenggarakan sendiri secara pribadi 1 Turnamen Nasional (TDP)kelompok umum (Bintaro Jaya Open) di Bintaro dan 1 TDP Internasional (Women's Challenger US$ 25,000) dengan label Volvo Women's Open di Senayan. Kedua turnamen ini nasibnya sama yaitu hanya sekali saja karena ketergantungan dengan sponsor begitu besar.
Sejak tahun 2009 kemudian dilanjutkan ditahun 2010, saya perkenalkan konsep RemajaTenis yang tidak disangka mendapatkan sambutan cukup besar dari masyarakat yang terlihat jelas haus akan turnamen. Bisa dibayangkan disaat kesibukan akan ujian maupun ulangan , turnamen masih bisa berjalan. Artinya masyarakat menyadari sekolah penting tetapi tenis juga penting. Keduanya bisa digabungkan asalkan bisa mengatur waktunya. Tentunya saya tidak mau paksakan agar ikut turnamen sedangkan besok ujian. Karena sepengetahuan saya sejak otonomi daerah, maka jadwal liburan atau ulangan sekolah bisa berbeda disatu provinsi dengan provini lainnya. Jadi masih ada saja petenis yang tidak ulangan/ujian sehingga bisa ikuti turnamen.
Setelah saya buat program RemajaTenis tidak saya sangka semester pertama 2010 akan dan bisa terwujud 12 TDP RemajaTenis. Ini berarti sumbangan RemajaTenis untuk Pelti sebesar Rp. 6 juta sebagai bentuk sanction fee sesuai ketentuan TDP Nasional.
Setelah saya pelajari kedepan, ada satu masalah yang harus saya perhatikan yaitu cara servis terbaik diberikan kepada peserta. Sayapun akui kalau selenggarakan turnamen yunior itu lebih sulit dibandingkan kedua Turnamen nasional maupun internasional kelompok umum. Tingkat kesulitan lebih besar. Tetapi sebenarnya jika pelaksana menyadari semuanya maka masalah ini saya pikir bisa diatasi. Saya sebaiknya hanya sebagai penasehat saja dan serahkan kepada yang muda muda menjalankan. Dan saya sudah mulai merintis untuk dkerjakan anak muda.
Tetapi tidak semua pelaku pelaku pelaksana turnamen ini menyadarinya, karena sudah terpaku dengan kebiasaan kebiasaan lama mereka. Merubah itu lebih sulit dibandingkan membuat, itu saya sadari sehingga saya pikir butuh waktu. Dalam pelaksanaan sering kali saya melihat keteldoran mereka ini. Jika ditanya tentunya akan dapat jawaban membela diri saja. Saya akan coba membimbing mereka ini.
Tetapi mulai RemajaTenis di Solo dan Palu ada sedikit tambahan yang saya berikan kepada juara RemajaTenis, yaitu suatu bentuk hadiah yang diluar dugaan peserta lainnya karena saya tidak suka memberikan iming iming tersebut.
Tetapi ada satu keinginan saya, agar rekan rekan lainnya juga bisa ikuti seperti apa yang saya sudah lakukan dengan label RemajaTenis Begitu mendengar di Semarang, rekan rekan Pengkot Pelti Semarang ingin selenggarakan turnamen yunior tanggal 2-4 April 2010 yang bertepatan dengan rencana RemajaTenis di Solo, sayapun menganjurkan mereka tingkatkan jadi TDP Nasional dan saya batalkan RemajaTenis di Solo.
Saya cukup gembira sekali setelah terbentuk kepengursan baru Pengkot Pelti Semarang, sudah muncul keinginan selenggarakan TDP Tugu Muda dibulan Juli. Memang keputusan ini ada yang kecewa, tetapi intinya saya lebih baik mengalah karena jangan sampai atlet bingung mau memilih turnamen disatu provinsi karena ada 2 turnamen. Kota Semarang sebenarnya cukup potensial karena memiliki sarana lapangan memadai sekali dengan Stadion tenis MUGAS atau Tri Lomba Juang yang terletak ditengah tengah kota Semarang. Begitu juga memiliki atlet tenis cukup banyak. Jadi apa lagi yang ditunggu? Jadi muncul keinginan sebagai pemanasan penyelenggara TDP Tugu Muda (selama ini pelaksana selalu Pengd/Pengprov Pelti Jawa Tengah) dilakukan penyelenggaraan turnamen yunir yang saya anjurkan jadi TDP Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar