Jakarta,28 Maret 2010. Ada satu statement saya yang dikemukakan kepada rekan rekan tenis selama ini. Ini sudah lama sekali saya ungkapkan Kelihatannya saya sedikit sombong jika dipandang dari satu sisi saja tanpa melihat maksud dan tujuan saya kedepan.
"Berapa kesanggupan Anda sediakan dana untuk turnamen. Apa satu rupiah atau satu miliar. Saya sanggup selenggarakan turnamen dengan dana yang Anda sediakan." begitulah statement saya yang sedikit angkuh kedengarannya.
Saya sendiri sering menawarkan kepada masyarakat tenis untuk berbuat sesuatu buat turnamen tenis sehingga bisa memenuhi salah satu bentuk pembinaan tenis di Indonesia. Biasanya jika ditanya masalah beaya, mayoritas selalu membayangkan suatu turnamen itu membutuhkan dana ratusan juta rupiah sebagai penunjang turnamen. Begitu saya ungkapkan kemampuan saya, maka mulai muncul ketidak percayaan mereka jika tidak dibuktikan. Saya punya trik tersendiri, jika ada masyarakat ingin selenggarakan turnamen, janganlah diceritakan masalah kendala dana yang cukup besar. Kita tangkap dulu niatnya sehingga tidak lepas dari realisasinya. Caranya kita minimize cost yang ada. Bisakah ? Tentunya bisa, kenapa tidak.
Kenapa budget turnamen bisa sampai ratusan ataupun miliar rupiah, karena banyak hal yang cukup besar costnya seperti hadiah, publikasinya, tenaga SDM yang terlalu lengkap. Kita selalu berpikir selalu berikan servis terbaik kepada pesertanya, tanpa memikirkan kemampuan pendanaannya.
Baik kita bedah dulu anatomi dari suatu turnamen, dalam masalah pendanaannya ataupun budget yang disiapkan. Tentunya turnamen ada jika ada lapangan tenis , bola, pelaksana , hadiah dan tentunya harus ada pemainnya. Dari seluruh budget itu, porsi mana yang terbesar. Itu yang penting.
Saya coba pelajari ternyata beaya terbesar adalah SDM atau tenaga pelaksana. Kemudian hadiah, dan seterusnya. Tenaga pelaksana tentunya terdiri dari Panitia, kemudian Referee, wasit, ballboys, Dokter. Begitu juga sewa lapangan dan harga bolanya.
Prioritas diberikan sebagai pelaksana adalah Referee, karena sesuai aturan seluruh turnamen harus ada Referee sebagai penanggung jawab pelaksanaan mengenai peraturan dan lain lainya.Kemudian tenaga medis sangat diperlukan sesuai aturannya.
Masalah ballboy. Sebenarnya ballboy itu tidak mutlak ada, apalagi turnamen yang hadiahnya kecil, sangat tidak perlu ada ballboys. Jika sanggup sediakan hadiah besar tentunya berarti sudah ada sponsornya, maka ballboys bisa digunakan sebagai sarana promosi sponsor tersebut. Demikian pula masalah wasit, tidak mutlak harus ada. Jika tidak ada sponsor maka bisa saja turnamen tanpa wasit, karena masih ada Referee yang bisa menangani ketidak cocokan masalah ketentuan didalam lapanga jika ada ketidak kesepahaman antara kedua pemain. Kemudian bagaimana dengan panpel. Selama ini keterlibatan personi didalam suatu kepanitian selalu berlebihan sesuai kebutuhannya, akibatnya costnya bisa naik. Saya di Pelti sendiri untuk turnamen internasional hanya melibatkan tidak lebih dari 5 personil didalam panpel tersebut. Kita makismalkan kelima tenaga tersbut harus betul betul fulltime bekerja, bukan hanya panjangan karena kesibukan dikantor masing masing.
Masalah hadiah juga merupakan problem besar. Khusus turnamen kelompok senior atau ProCircuit untuk internasionalnya maka prize money menentukan kategori turnamennya. Jika berani sediakan hadiah besar berarti sudah ada sponsornya sehingga costnya akan membengkak atau dibuat membengkak. Padahal bisa saja minimize costnya dengan mengurangi cost SDMnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar