26 Agustus 2008. Radikal bebas. Istilah ini sekarang makin populer, utamanya di kalangan para wanita. Maklum, selain mengancam kesehatan, radikal bebas juga berpotensi 'mengikis' kecantikan. Di dalam tubuh, radikal bebas muncul sebagai hasil dari proses oksidasi yang berlangsung di dalam setiap sel tubuh. Tak hanya dari dalam tubuh, radikal bebas juga muncul di luar tubuh kita (eksternal). Kata para ahli, polusi telah memicu produksi radikal bebas menjadi lebih banyak dari kondisi normal. Hal ini tentu sangat merugikan, salah satunya menyebabkan penuaan dini.
''Seseorang yang baru berusia 35 tahun, bisa saja setelah didiagnosis organ-organ tubuh bagian dalamnya ternyata sudah seperti organ tubuh manusia berusia 50 tahun,'' kata dokter Lula Kamal saat berbicara dalam talk show bertajuk Wanita dan Antioksidan, di Jakarta, belum lama ini. Selain penuaan dini, radikal bebas juga berpotensi menimbulkan penurunan fungsi organ tubuh.
Tak hanya polusi udara. Paparan zat-zat racun dari rokok juga bisa memicu produksi radikal bebas pada tubuh kita. Karena itu, jika selama ini Anda terbiasa merokok, segera hentikan kebiasaan buruk itu. Menurut Lula, selain efek nikotinnya yang memberikan efek candu bagi tubuh, asap rokok juga memicu terjadinya oksidasi. Begitu pula pola hidup yang tidak sehat, sering mengonsumsi alkohol, kurang istirahat, kurang olahraga, dan sering mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi juga bisa memicu proses oksidasi pada tubuh yang akhirnya meningkatkan produksi radikal bebas.
Untungnya, ada senjata ampuh untuk melindungi tubuh dari ancaman radikal bebas. Senjata itu adalah antioksidan. Secara alami, zat antioksidan bisa diperoleh dari sayuran dan buah-buahan yang kita konsumsi. Sebut saja misalnya, brokoli, stroberi, dan kacang-kacangan. Penelitian mutakhir menunjukkan, kacang tanah merupakan bahan pangan yang paling banyak mengandung antioksidan.
''Tidak hanya pada makanan, bumbu dapur yang kita pakai untuk memasak pun mengandung antioksidan, '' tutur Lula. Di antara bumbu dapur yang mengandung antioksidan adalah kemiri dan kayu manis. Selain itu, vitamin A,C,E serta mineral seperti seng, mangan dan selenium juga megandung antioksidan.
Jangan sembarangan
Agar bisa mendapatkan manfaat semaksimal mungkin, antioksidan tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Untuk diketahui, antioksidan baru bisa terserap tubuh ketika dikonsumsi dalam porsi tertentu. Sekadar contoh, antioksidan dari brokoli yang baru terserap tubuh jika seseorang mengonsumsinya sebanyak dua piring. Bila kurang dari porsi itu, maka akan terjadi substandard. Artinya, kebutuhan standar antioksidan bagi tubuh tidak terpenuhi.
Sulitnya seseorang mengonsumsi antioksidan alami yang ada pada makanan, mengharuskan individu mengonsumsi makanan tambahan (suplemen) yang mengandung antioksidan, semisal vitamin C. Nah, jika Anda ingin mengasup antioksidan dari suplemen, Lula menyarankan, untuk memilihnya secara teliti. Mengapa? Sebab, kandungan vitamin C yang tertera pada label belum tentu sesuai dengan yang terkandung pada produk.
Menurut Lula, kebutuhan vitamin C sebagai antioksidan adalah sekitar 600 miligram. ''Jadi, lebih baik mengonsumsi vitamin yang kandungan vitamin C-nya 1.000 miligram.'' Apakah tidak terlalu banyak, yang akhirnya bisa berakibat negatif? Ditegaskan oleh Lula, konsumsi vitamin C sebanyak 1.000 miligram masih aman, sekaligus mampu memenuhi kebutuhan standar antioksidan bagi tubuh. ***
source: artikel Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar