28 Agustus 2008. Ada komentar di www.pelti.or.id untuk August Ferry Raturandang yang minta agar AFR harus galak, bukan hanya diam terus. Dan juga menanyakan kotanya yang tidak menghasilkan petenis top, bahkan tanya tentang lapangan tenis di kampungnya AFR.
"Harus Galak." , maksudnya apa ya ? Karena sebagai insan tenis punya hak untuk mau menyampaikan pendapat dengan cara masing masing. Apakah dengan frontal atau lain lainnya dikembalikan kepada pribadi masing masing.
Sebagai petinggi Pelti yang notabene suatu institusi tertinggi tenis di Indonesia tentunya tidak bisa diikuti kemauan seperti apa yang bisa dilakukan oleh insan tenis yang lebih bebas.
Karena, duduk di induk organisasi olahraga (menurut pendapat pribadi August Ferry Raturandang) adalah sebagai pelayan masyarakat tenis yang membutuhkan pelayanan maksimal. Kemampuan untuk itu diakuinya belum bisa sepenuhnya terpenuhi, karena setiap masyarakat tenis punya selera berbeda beda. Ini harus dipahami dulu dan termasuk wajar wajar saja.
Resiko kena marah ataupun lainnya sudah harus bisa diterima dengan kepala dingin, walaupun sebenarnya makan hati. Bahkan caci maki sampai mau diajak adu fisik tetap tidak dilayani.
Dimana kampung halaman AFR ? Ini juga suatu pertanyaan besar. Orangtua memang berasal dari Sulawesi Utara baik ayah maupun ibunda. Sedangkan lahir di Makassar (bukan Ujung Pandang), besar di Bali (kenal tenis) dan NTB ( bela tenis daerah ), sekolah di Bogor dan kuliah di Surabaya kemudian bekerja di Jakarta. Tetapi selama menyandang nama famili Raturandang semua pihak mengenal asalnya dari Sulawesi Utara.
Kampung halaman ayah di kota Tondano yang belum lama ini dikunjunginya dengan 2 lapangan indoor. Sedangkan ibu berasal dari kota kembang Tomohon yang udaranya dingin dibawah Gunung Lokon. Kota Tondano sendiri juga dingin, jaraknya kurang lebih 45 km (kalau tidak salah ingat). Ada keinginan membuka sekolah tenis di Tondano (diresmikan 9 September 2008)bersama sama Eddy Baculu, Eddy Pandelaki dan dr. Joy Rattu. Mudah mudahan berhasil.
Sewaktu PB Pelti ( tahun 2000-2002) sedang galak galaknya promosi mini tenis, August Ferry Raturandang juga ikut sibuk menawarkan ke daerah2. Masuklah ke Kalbar, Bangka Belitung, Lampung , Jambi dll. Banyak daerah tidak bergemang, termasuk Sulawesi Utara. Menjelang akhir tahun 2002,tepatnya Desember 2002 sewaktu PB Pelti mau Munas Pelti untuk memilih kepengurusan baru, August Ferry Raturandang baru sadar. Kenapa daerah lain dipromosikan dengan gencar Mini Tenis maupun TDP Nasional dan Internasional , sedangkan Sulawesi Utara tidak dilakukan.
"Ini kesempatan terakhir duduk di PB Pelti, kenapa tidak bisa berbuat sesuatu untuk Sulut dengan menawarkan secara aktip langsung ke Sulut tentang Mini Tenis."
Akhirnya kota Tondano menjadi kota pertama, kemudian Manado diperkenalkan Mini Tenis. Ini membuat sedikit lega, karena telah mencoba berbuat sesuatu untuk "kampung halaman" sebelum lengser. Tetapi karena kepengurusan berikutnya masih dipercaya maka belum lengser juga sampai saat ini. Capek deh !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar