Jakarta, 3 April 2009. Hari ini entah kenapa bisa lupa dompet beserta isinya. Sewaktu keluar dari Senayan sudah pukul 19.30 mau cari makan pecel lele kesukaan di Senen, baru sadar setelah parkir mobil ternyata celana kosong. Karena sudah lapar, maka cari uang dulu dimobil sebagaimana biasa selalu simpan duit ditempat koin. Setelah itu makan malam dulu dan kembali ke Senayan sebelum pulang kerumah. Telpon seluler berdering dari adik sendiri Joan Henuhili yang bersama adik yang lain Jeanne Eykendorp minta dijemput di Grand Indonesia dibelakang Hotel Indonesia.
Berputar di depan hotel Indonesia, ternyata salah jalan karena waktu membelok bukan dijalur yang benar. Memang selama ini jika lupa bawa dompet yang berisi SIM maupun STNK mobil maka suka tidak tenang. Betul juga malam ini ada mimpi apa sampai ditangkap polisi karena salah lalu lintas.
"Selamat malam Pak." ujar Pak Polantas dengan helm putihnya. Sebelum ditanya soal SIM maupun STNK, sayapun lebih baik cepat cepat minta maaf dan mengaku dengan muka pengasihan.
" Malam Pak, mohon maaf saya lupa bawa dompet yang isinya SIM maupun STNK. Saya siap diborgol Pak." ujar saya sambil menyodorkan kedua tangan untuk diborgol. Langsung Polantas tersebut ketawa melihat sikap saya ini. Karena sudah tidak tahu mau diapain, Polantas juga bingung. "Mau kemana Pak?" tanyanya. Langsung saya katakan mau jemput adik di Grand Indonesia. "Bapak bekerja dimana ? "
Langsung saya katakan saya ini PENGACARA alias "pengangguran banyak acara", karena sudah pensiun. Diapun ikut tertawa juga.
"Ya mau bagaimana lagi, terserah Bapak aja." ujarnya kepada saya, sambil berlalu karena melihat arus lalu lintas cukup padat. " Matuur nuwuun Pak " ujar saya sambil jalankan mobil menuju ke Grand Indonesia. Tahun ini baru pertama kali ditangkap Polantas karena salah jalan. Tahun lalu juga sekali dibunderan Semanggi, dan lupa bawa SIM yang ketinggalan. Tapi bawa dompet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar