Jakarta, 29 April 2009. Ada satu komentar di situs resmi Pelti yang menarik bagi saya untuk menjawabnya. Karena melihat komentar ini menunjukkan keingin tahuan dari sepak terjang saya di tenis Indonesia melalui Turnamen Sabtu Minggu atau PERSAMI dengan bendera Piala Ferry Raturandang. Sebenarnya kalau yang bertanya ini membaca blogger ini, saya kira sudah bisa terjawab keseluruhannya. Mulai kapan dan dimana dan bagaimana saya selenggarakan Persami awalnya kemudian berubah menjadi Piala Ferry Raturandang.
Apakah itu Piala Ferry Raturandang (PERSAMI) ?
Piala FR adalah turnamen tenis yunior yang diselenggarakan pada waktu waktu dimana tidak mengganggu jadwal sekolah anak anak. Dan turnamen ini merupakan salah satu turnamen yang menjawab atas kesulitan sponsor. Jadi merupakan solusi atas kesulitan dana dari sponsor.
Inisiatip muncul karena merasakan kebutuhan atlet tenis terhadap turnamen. Turnamen merupakan bagian dari pembinaan. Saya sendiri pernah merasakan saat masih menjadi petenis yunior berada di Singaraja (Bali) dan Ampenan Lombok , dimana turnamen tenis yunior hanya ada sekali setahun, dan sering ikuti turnamen nasional di Malang, Bandung, Jakarta. Begitu juga merasakan sebagai orangtua yang selalu membawa putra dan putrinya ikuti turnamen nasional (TDP) di Malang, Semarang, Bandung. Menyadari pula kalau banyak keuntungan bagi orangtua jikalau dikotanya ada turnamen tenis. Tidak buang buang uang dan waktu haru keluar kota. Saat masih yunior jikalau ikuti turnamen di Malang, Bandung dan Jakarta, seluruh keluarga mulai dari Ayah, Ibu, adik2 diboyong keluar kota. Dan otomatis orangtua yang PNS waktu itu harus ambil cuti minimal seminggu. Bia dibayangkan betapa pengorbanan orangtua saat itu dan sekarangpun demikian.
Persami termasuk salah satu program induk organisasi Pelti dibidang pengembangan. Sering keliru pandangan banyak pihak, Persami itu jelas bukan TDP (Turnamen Diakui Pelti), sehingga tidak langsung mendapatkan poin. Yang ada konversi poin dengan Peringkat Nasional Pelti yang nilainya sangat sedikit. Khususnya kelompok umur 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun. Bahkan kalau dibuat kelompok umumpun juga bisa dapatkan poin PNP yang nilainya sangat dan amat kecil. Karena PP Pelti sampai saat ini tidak keluarkan PNP KU 10 tahun dan 12 tahun. Tujuannya adalah memberikan sarana latihan tanding, bukan cari PNP.
Bagaimana caranya selenggarakan PERSAMI ?Sangat simpel tidak butuh tenaga banyak (makan ongkos), tanpa wasit, ballboys, Referee. Bukan kewajiban untuk melapor ke Pelti, cukup beritahukan sudah sangat bagus karena Pelti akan berterima kasih ada yang mau bantu salah satu program Pelti. Kalau mau dapat PNP, maka dari itu hasil pertandingan dilaporkan ke PP Pelti, tetapi hasil lengkapnya bukan hanya hasil pemenang sampai semifinal saja.
Memang ada permintaan dari rekan rekan didaerah baik orangtua maupun rekan Pelti setempat untuk diadakan Piala Ferry Raturandang.
Tentunya karena ini masalah pribadi maka tentunya harus ada keuntungan bagi saya pribadi. Karena pelaksanaan turnamen ini merupakan swasembada maka harus ada keuntungan, tidak boleh rugi. Bagi saya, bukan jamannya lagi harus rugi atau istilah keren berkorban. SPORT IS BUSINESS atau TENNIS IS BUSINESS !
Karena ada UNTUNG maka bisa langgeng. Bisa dibayangkan sejak tahun 1996 saya sudah selenggarakan turnamen PERSAMI setiap bulannya di Jakarta kemudian dikembangkan didaerah daerah sejak saya ikut kembali duduk di PB Pelti sampai berubah namanya jadi PP Pelti. Karena ada usulan dari salah satu orangtua peserta Sandra Sondakh agar diubah namanya menjadi Piala Ferry Raturandang. Awalnya tidak bergeming tetapi lama lama sayapun mulai berpikir dari diri August Ferry Raturandang.
Memang awalnya ada saja cemohan yang muncul baik dari teman2 maupun lainnya. Tetapi karena tujuan saya adalah positip maka saya tinggalkan pikiran negatip tersebut. Sayapun tidak perlu kuatir atas cemohan yang muncul. Jangan pikir saat itu tidak ada yang menghina Persami atau Piala FR. Bahkan disebut sebut tujuan saya adalah cari uang di Piala FR, sayapun tidak akan menampiknya. Dengan tegarpun saya katakan memang cari untung, karena resep cari untung ini yang membuat LANGGENG. Saya ini bukan sinterklas. Saya tahu sekali rasa iri hati dengan melemparkan rumor rumor negatip terhadap diri saya dengan Piala FR-nya, bahkan dengar sendiri baik dari pelatih maupun orangtua. Tapi keyakinan saya kalau Turnamen Adalah Kebutuhan Atlet maka sayapun tidak akan mundur. Apalagi disuruh berhenti dengan imbalan uang sayapun tidak akan berhenti.
Karena ketegaran saya saja sehingga bisa selenggarakan Persami/Piala FR samapi melebihi 200 kali dilaksanakan sendiri. Mulai dari Jakarta, Bandung, Cilegon, Palembang, Pontianak, Manado, Balikpapan, Palangka Raya. Sebenarnya di Sidoarjo pernah ada tapi saya kena tipu oleh rekan di Sidoarjo. Awalnya menggunakan nama Piala FR. Promosi dilakukan oleh saya melalui email ke media massa dll. Tapi saat saya muncul dilapangan nama sudah berubah menjadi Piala Bupati atau Walikota Sidoarjo. Ini kurang etisnya reklan di Sidoarjo.
Ada pertanyaan tentang status saya , apakah dalam kapasitas sebagai Wakil Sekjen PP Pelti atau pribadi. Memang bagi yang baru kenal saya, sebenarnya awalnya saya selenggarakan Persami masih duduk di Komite Pertandingan Pengda Pelti DKI Jakarta, kemudian setelah tidak duduk lagi dikepengurusan Pengda Pelti DKI, sayapun masih tetap jalankan Persami di Jakarta kemudian ke Bandung sampai tahun 2000 masuk ke PP Pelti sehingga masuk dalam program PP Pelti sampai sekarang. Jadi jawabannya adalah PRIBADI.
Saya menyadari sekali kalau dinegeri kita ini khususnya didaerah nilai Piagam merupakan Primadona sekali. Tetapi ada beberapa pelaksanaan Piala FR bukan saya saja yang memberikan tanda tangan dan bukan juga masalah bagi pesertanya.
Bagi saya pribadi piagam tersebut bukan hal PENTING, karena prestasi lah yang lebih penting. Dalam hal ini menurut pendapat pribadi saya (sekali lagi pendapat pribadi) prestasi tenis bukan dilihat dari Piagamnya. Dilihat dari pertandingannya. Ini bukan untuk mengecilkan pihak pihak yang masih mendambakan Piagam sebagai priorotas. Kalau mau Maju.
Mana ada petenis di klaim sebagai hasil dari satu Turnamen. Prestasi atlet itu datangnya dari berbagai turnamen. Makin banyak dan seringnya ikuti turnamen maka kemungkinan makin meningkat prestasinya. Jangan harapkan ada petenis tidak pernah ikuti Turnamen bisa keluar sebagai juara. Sayapun tidak pernah sama sekali katakan petenis A atau si B, C sebagai hasil dari Persami atau Piala FR. Biarkan saja petenis maupun orangtua yang merasakan manfaatnya Persami (Piala FR). Tetapi saya tahu atlet nasional mana yang sudah pernah ikuti Persami yang saya selenggarakan sendiri. Tetapi inipun tidak perlu saya bangga banggakan. Yang penting hasilnya dirasakan semua pihak.
Begitu juga pertanyaan aneh muncul, apakah Piala FR ini sudah terdaftar ataupun diakui oleh ITF. Tapi saya mengerti karena ini menunjukkan pelaku baru di tenis Indonesia. Yang pasti Persami itu merupakan salah satu Program PELTI. Banyak Persami di Indonesia dengan berbagai nama, salah satunya adalah Piala Ferry Raturandang.
Pelaksanaan Persami ataupun Piala FR bisa diselenggarakan oleh Pribadi, klub, Pelti maupun badan usaha , seperti dalam petunjuk induk organisasi tenis PELTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar