14 Juli 2008. Diengah tengah pelaksaaan Pekan Olahraga Nasional XVII Kaltim, August Ferry Raturandang menerima telpon dari salah satu orangtua petenis di Cianjur Jawa Barat. Sudah merupakan hal biasa bagi August Ferry Raturandang menerima keluhan keluhan baik untuk pelaksanaan turnamen maupun ofisial lainnya dari pelaku pelaku tenis di Indonesia.
Sebagaina besar keluhan itu disebabkan merasa dirugikan atas perlakuan terhadap putra atau putrinya.
Menanggapi hal ini, biasanya August Ferry Raturandnag tidak langsung menerima sepenuhnya sebelum cross check kepada pelaksana pelaksana turnamen atau ofisilanya.
Biasanya yang sering dikeluhkan adalah masalah usia pemain tetapi sekarang setelah banyak atlet tenis diungkapkan kecurangannya terhadap usianya, bsudah tidak sering lagi muncul keluhan keluhan seperti ini.
Diakuinya kalau masih banyak kekurangan kekurangan dilakukan bai sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh pelaksana TDP begitu juga perlakuan ofisial yang bertugas.
Saat ini muncul atas ketidak puasan terhadap kerja wasit garis di turnamen yunior Puputan Badung Open di Denpasar bali.
"Petenis luar Bali banyak dirugikan oleh penjaga garis jika bertemu petenis Jakarta khususnya." ujarnya. Masalah bola out dan ini memang sulit untuk di over rule oleh Wasit kecuali memang terjadi dekat dengan wasit.
"Kami sudah berteriak soal foot fault, tapi tidak digubris." ujarnya kepada August Ferry Raturandang. Saking emosi katakan kalau sudah kapok ikuti dan tidak akan ikut tahun depan di Bali.
Ini ungkapan biasa dilakukan orangtua yang merasa dirugikan, tetapi kenyatannya di tahun masih ikut lagi. ini berarti kejadian setahun sebelumnya sudah dilupapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar