Kamis, 28 Februari 2008

Sukses Ganda Salonpas International di Manado


Turnamen tenis internasional Salonpas 2006 yang merupakan turnamen tenis internasional yang pertama kali digelar di kota Manado bumi Sulawesi Utara telah berhasil sukses ganda. Itulah yang bisa saya katakan atas pelaksanaan Salonpas International Tennis Champs 2006. Sukses pelaksanaan dengan beberapa catatan dan sukses prestasi petenis Indonesia. All Indonesian Final merupakan catatan tersendiri dalam dekade terakhir dimana prestasi petenis Indonesia sangat memprihatinkan. Apalagi dalam seri Men’s Futures 2006 diseri pertama hanya Elbert Sie dan M.Faisal Aidil berhasil lolos kebabak kedua dan juga pasangan Andrean Raturandang/Bonit Wiryawan sebagai finalis. Kemudian seri kedua di Jakarta Piala Gubernur DKI Jakarta, hanya Prima Simpatiaji yang berhasil lolos ke semifinal. Lainnya keok dibabak awal. Hasil di Manado ini cukup membanggakan bagi warga Sulawesi Utara yang telah memberikan peranan di pertenisan Indonesia.
Sudah beberapa tahun pelaksanaan turnamen tenis internasional di Indonesia tidak pernah terjadi All Indonesian Final khususnya putra, sehingga sudah saatnya kita berbangga kalau hal ini terjadi di bumi Nyiur Melambai. Difinal antara Elbert Sie menghadapi seniornya yang sama sama domisili di Bandung, Suwandi. Disamping itu ganda putra Elbert Sie berpasangan dengan Bonit Wiryawan cukup memukau masuk final
Salonpas International Tennis Championship 2006 merupakan seri terakhir dari 3 seri kelas Men’s Futures dengan masing masing prize money US$ 10,000. Seri pertama di Pusat Tenis Kemayoran kemudian dilanjutkan dengan seri kedua di Kelapa Gading Sport Club Jakarta dengan nama Piala Gubernur DKI Jakarta. Walaupun baru pertama kali ternyata Sulawesi Utara sanggup selenggarakan turnamen tenis internasional. AFR selaku putra daerah Sulawesi Utara yang saat ini dipercayakan oleh Ketua Pengda Pelti Sulut Ir. Vicky Lumentut sebagai Direktur Turnamen Salonpas International Tennis Champs 2006 merasa yakin akan kemampuan tenis di Sulawesi Utara , apalagi di Manado punya fasilitas 8 lapangan tenis disatu lokasi. Ini termasuk terbesar kedua diluar pulau Jawa. Yang pertama di Medan ada 10 lapangan gravel disatu lokasi. Sedangkan Makassar, Palembang, Balikpapan hanya 6 lapangan. Sehingga berupaya agar di Manado bisa digelar turnamen tenis nasional dan internasional. Hal ini sejalan dengan misi PB Pelti ( 2002-2007) untuk memberdayakan potensi tenis didaerah. Awalnya kondisi lapangan tenis Sario sangat menyedihkan tetapi uluran tangan Gubernur Sulut Drs. Sinyo Sarundajang merenovasi lapangan membuat lapangan Sario layak dengan beberapa perbaikan fasilitas lainnya.
Seri Men’s Futures ini sudah diselenggarakan selama 2 tahun di DIY, Semarang dan Makassar. Berhubung DIY, Semarang dan Makassar merasa tidak sanggup dengan berbagai alasan kecuali DIY yang baru dilanda musibah gempa bisa dimaklumi. Akibatnya PB Pelti cepat bereaksi mencari alternatip lain, dan keinginan saya berhasil memilih kota Manado mendapat tanggapan positip Ketua Pengda Pelti Ir.Vicky Lumentut yang juga didukung oleh Walikota Manado Jimmy I Rogi..
Persiapan awal telah kami lakukan dari Jakarta, dengan mencari sponsor Salonpas. Menyadari akan lemahnya SDM khususnya turnamen tenis di Sulut, akibat kurang ada aktivitas di Sulut, maka sebagai persiapan dilakukan di Kejurnas Manado Open diawal Juli 2006. Pembenahan cepat dilakukan dengan penataran Wasit di Manado kemudian evaluasi saya lakukan terhadap petugas petugas selama Manado Open. Kerja keras dibutuhkan akibat kurang mengertinya rekan2 di Manado membuat AFR harus cepat memilih petugas petugas untuk Salonpas International Tennis Champs 2006. Persiapan berikutnya sosialisasi job description agar para pihak mengerti tugas masing2 dengan monitor langsung dilakukan dari Jakarta..

Keluhan peserta turnamen yang paling besar adalah udara panas yang melanda kota Manado. Bisa dibayangkan 14 petenis yang minta pertolongan dokter Joy Rattu dilapangan Sario yang stand by terus membuat hati saya lega dan tenang karena tenaga medis merupakan persyaratan utama dalam turnamen tenis internasional.

Keberhasilan di Salonpas International Tennis Champs 2006 seharusnya membuka mata masyarakat tenis di Sulut yang cukup puas menonton kualitas petenis nasional dan asing berlaga. Ini merupakan catatan yang ada dari keberhasilan tersebut. Kenapa ! Karena hanya satu petenis Bitung yang masuk babak utama melalui fasilitas wild card. Yang lainnya praktis tidak berdaya di babak kualifikasi. Andaikan tidak menggunakan faislitas wild card, saya yakin tidak ada satupun petenis Sulut bisa berbicara di turnamen ini. Ya, jadi penonton saja dipinggir lapangan.
Dari turnamen internasional bisa dilihat betapa kerasnya olahraga tenis ini. Bertanding ditengah hari terik, kemudian dilanjutkan latihan seterusnya , tidak langsung pulang ke hote. Ini satu contoh positip jika mau jadi petenis handal.
Apa yang harus dilakukan untuk kedepan setelah berhasil selenggarakan turnamen internasional ini. Nomer satu janganlah terlalu banyak janji kepada peserta yang tidak perlu dan akan berdampak negatip bagi pelaksana turnamen. Janji dilakukan bukannya kepada petenis asing tetapi ke petenis nasional yang saya anggap tidak perlu. Tetapi mungkin mau menunjukkan keistimewaannya tetapi tidak bisa dijalankan. Sebagai contoh banyak janji diberikan kepada wasit2 untuk ke Danau Tondano ternyata dengan berbagai alasan dibatalkan sepihak. Belum lagi soal transportasi dihotel bukan official hotel. Keluhan-keluhan masuk selalu ke Direktur Turnamen. Begitu juga ke Bunaken dikatakan gratis masuk Bunaken yang sebenarnya bukan masalah jika diberitahukan sebelumnya. Asumsi tamu2 kita ini gratis ternyata berbeda. Akhirnya ditalangi kemudian diganti bukan suatu solusi yang baik.
Masih banyak lagi turnamen tenis internasional yang bisa dilakukan di Manado, asal mau berbenah diri dan berkaca atas pelaksanaan saat ini.

Tidak ada komentar: