Mengenal sedikit pelatih tenis Indonesia yang ada saat itu dari berbagai ragam maupun sifatnya cukup menarik, menjadi perhatian bagi pertenisan Indonesia. Salah satu pelatih yang menjadi topik pembicaraan karena keunikannya adalah Deddy Prasetyo.
Yang bersangkutan cukup rajin dan cepat tanggap merupakan makanan empuk sebagai sumber berita bagi jurnalis kita. Dan mudah bereaksi. Dia termasuk pelatih yang sangat komunikatip dengan wartawan. Kalau orang Manado katakan “ telinga tipis”, kalau diserang kata kata.
Untuk menguji apa yang didengar selama ini AFR disuatu kesempatan bertemu di Pusat tenis Danamon (Kemayoran) . Peristiwa ini terjadi saat AFR duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti DKI Jakarta ( 1994-1998 ) bersama sama Deddy Prasetyo yang duduk di komite pembinaan, sedangkan AFR di komite pertandingan dan komite promosi dan marketing.
Saat turnamen Piala Thamrin berlangsung, kebetulan sedang bercakap cakap dengan teman yang juga ikut melatih di lapangan tenis Senayan Jakarta, yaitu Tony Sangitan. Saat itu kurang lebih 3-4 meter Deddy Prasetyo sedang menonton pertandingan yang sedang berlangsung.
“ Mana pelatih pelatih kita. Saya buat turnamen banyak tapi hasilnya mana ? Cuma juara juara RT saja.” ujar AFR kepada Tony Sangitan dan sempat berbisik kalau mau lihat reaksi Deddy. Ini keisengan yang ternyata benar mendapatkan sambutan dari yang dituju.
“ Ini juara juara Piala Thamrin adalah hasil binaan saya.” Ujarnya dengan semangat untuk menyambut perkataan AFR yang ditujukan ke Tony Sangitan.
AFR hanya menyambut dengan mengatakan.” Oh ya, bagus dong.”. Tetapi rupanya pancingan berlanjut, Deddy langsung mengatakan.” Mana hasil Pengda DKI membina atlit.” ujarnya. Mendengar pertanyaannya, AFR langsung bereaksi karena duduk sebagai pengurus di Pengda DKI ditembak langsung. “ Oh memang benar Pengda DKI betul betul brengsek dan tidak ada pembinaannya. Brengsek juga ya Pengda Pelti DKI yang tidak ada hasilnya, apalagi yang duduk di komite Pembinaan Pengda Pelti DKI ada yang namanya Deddy Prasetyo.” ujar AFR langsung menembaknya. Menyadari kena sasaran tembak, tidak hilang akalnya dan dijawab pula, kalau Deddy sudah mengajukan permintaan mundur di Pengda DKI. “ Oh itu saya tidak tahu, karena masih resmi duduk di Pengda Pelti DKI Jakarta.” ujar AFR
Dengan kejadian ini membuktikan kalau dia itu telinga tipis. Tetapi setelah itu pertemanan tetap berlangsung baik sampai sekarang, karena bagi AFR perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah sekali.
Yang bersangkutan cukup rajin dan cepat tanggap merupakan makanan empuk sebagai sumber berita bagi jurnalis kita. Dan mudah bereaksi. Dia termasuk pelatih yang sangat komunikatip dengan wartawan. Kalau orang Manado katakan “ telinga tipis”, kalau diserang kata kata.
Untuk menguji apa yang didengar selama ini AFR disuatu kesempatan bertemu di Pusat tenis Danamon (Kemayoran) . Peristiwa ini terjadi saat AFR duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti DKI Jakarta ( 1994-1998 ) bersama sama Deddy Prasetyo yang duduk di komite pembinaan, sedangkan AFR di komite pertandingan dan komite promosi dan marketing.
Saat turnamen Piala Thamrin berlangsung, kebetulan sedang bercakap cakap dengan teman yang juga ikut melatih di lapangan tenis Senayan Jakarta, yaitu Tony Sangitan. Saat itu kurang lebih 3-4 meter Deddy Prasetyo sedang menonton pertandingan yang sedang berlangsung.
“ Mana pelatih pelatih kita. Saya buat turnamen banyak tapi hasilnya mana ? Cuma juara juara RT saja.” ujar AFR kepada Tony Sangitan dan sempat berbisik kalau mau lihat reaksi Deddy. Ini keisengan yang ternyata benar mendapatkan sambutan dari yang dituju.
“ Ini juara juara Piala Thamrin adalah hasil binaan saya.” Ujarnya dengan semangat untuk menyambut perkataan AFR yang ditujukan ke Tony Sangitan.
AFR hanya menyambut dengan mengatakan.” Oh ya, bagus dong.”. Tetapi rupanya pancingan berlanjut, Deddy langsung mengatakan.” Mana hasil Pengda DKI membina atlit.” ujarnya. Mendengar pertanyaannya, AFR langsung bereaksi karena duduk sebagai pengurus di Pengda DKI ditembak langsung. “ Oh memang benar Pengda DKI betul betul brengsek dan tidak ada pembinaannya. Brengsek juga ya Pengda Pelti DKI yang tidak ada hasilnya, apalagi yang duduk di komite Pembinaan Pengda Pelti DKI ada yang namanya Deddy Prasetyo.” ujar AFR langsung menembaknya. Menyadari kena sasaran tembak, tidak hilang akalnya dan dijawab pula, kalau Deddy sudah mengajukan permintaan mundur di Pengda DKI. “ Oh itu saya tidak tahu, karena masih resmi duduk di Pengda Pelti DKI Jakarta.” ujar AFR
Dengan kejadian ini membuktikan kalau dia itu telinga tipis. Tetapi setelah itu pertemanan tetap berlangsung baik sampai sekarang, karena bagi AFR perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar