Tidak konsistennya program olahraga di Indonesia berakibat buruknya prestasi olahraga Indonesia. Sebenarnya dengan kasep mata bisa melihat kecendrungan menurunnya prestasi olahraga Indonesia didalam multi event internasional sudah terjadi semasa KONI Pusat dibawah Ketua Umum Wismoyo Arismunandar . Mulai dari tingkat Asean ditambah pula tingkat Asia. Kenapa hal ini bisa terjadi, silahkan tanya saja kepada petinggi petinggi olahraga di Tanah Air. Sedih memang sedih.
Masih ingat dengan program Garuda Emas yang dicanangkan semasa KONI Pusat dibawah komandannya Wismoyo Arismunandar. Programnya betul bagus , prestasi akan dimunculkan secara berjenjang. Hanya sayangnya bertahan 2 tahun. Masuk periode Ketua Umum dibawah Agum Gumelar, muncul program baru yaitu Indonesia Bangkit , ternyata hanya bertahan 1 tahun.
Menegpora yang dulu pernah ada tapi dihapus, sekarang kembali hadir ditengah tengah kita yang disambut gembira pelaku pelaku olahraga Indonesia . Harapan adanya perubahan di dunia olahraga ditimpakan kehadiran Menegpora yang energetic ini. . Hasilnya, Undang Undang Keolahragaan yang sudah dirancang sekitar 20 tahun baru tahun 2005 merupakan keberhasilan Menegpora R.I. Tetapi masih belum lengkap karena belum dikuatkan dengan PP . Entah dimana masalahnya karena sudah kurang lebih 6 kali alami revisi tetap saja belum berhasil.
Apakah ada angin segar dengan kehadiran Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia., itulah pertanyaannya yang sudah bisa ditebak hasilnya.? Diawali dengan dilontarkan issue pembubaran KONI diganti dengan komite olahraga nasionmal dan komite olimpiade Indonesia. Dalihnya adalah sesuai dengan Undang Undang Keolahragaan tersebut. Konsentrasi terpecah kem Asian Games 2006. Dilontarkan idea pembentukan Tim Monitoring Asian Games 2006 hasil pembentukan Menegpora, yang sebenarnya tugas KONI Pusat. Makusdnya baik, memberikan masukan kepada KONI Pusat yang kecendrungannya sudah tidak dipercayai lagi kinerjanya. Apakah semua ini memecahkan permasalahnanya. Ternyata prestasi tetap hancur , di even akbar se Asia hanya mencapai 2 medali emas dari 4 yang ditargetkan bersama sama induk organisasi olahraga Indonesia.
Disini ternyata ada friksi friksi antara Tim Monitoring dangan Pelatnas AG yang dibentuk oleh KONI Pusat. Kelihatannya Tim Monitoring hanyalah macan ompong belaka. Gagal juga, apakah salah memilih SDM didalamnya, kira kira begitulah pendapat segelintir pecinta olahraga di Tanah Air.
Gagal di Asian Games 2006, diliriklah SEA Games 2007 di Thailand nanti. Muncul lagi idea pembentukan Satgas SEA Games 2007 yang belum diketahui siapa yang duduk didalamnya. Apakah nasibya itu sama dengan Tim Monitoring walaupun diberi kekuasaan lebih besar dari Tim Monitoring. Kemudian muncul keresahan dari induk organisasi , karena belum tahu apa yang akan dilakukan pelatnas SEA Games 2007. Ada yang sudah merencanakan diawal Januari 2007 mulai Pelatnas, akhirnya ditunda kembali. Apa yang telah dilakukan Negara Negara tetangga sebagai persiapan SEA Games 2007. So pasti program SEA Games 2007 sudah dijalankan sedangkan Indonesia masih meraba raba apa yang akan dilakukan. Inilah dia masalahnya, kita kembali mau start kembali.
Belum lagi media massa memberitakan kalau Menegpora Adhyaksa Dault menargetkan posisi Indonesia adalah nomer 3 besar , tetapi tidak lama kemudian diralat menjadi posisi 4 besar saja.
Sebelumnya setelah gagal Asian Games muncul statement kalau kita gagal karena induk organisasi olahraga kurang bisa lobi dengan induk organisasi Asia lainnya yang dikaitkan dengan perwasitan Asian Games. Ini betul betul aneh. Namanya undian , bisa menguntungkan bisa juga merugikan. Ini olahraga, bukan olahrasa Bung !. Sepengetahuan saya wasit itu wajib hukumnya harus netral. Tidak ada keberpihakkan,jika ada itu adalah human error.
Timbul pertanyaan , mau dibawa kemana olahraga Indonesia ini ? Gonta ganti tetap saja prestasi tidak naik naik juga. Rasa pesimis saya terhadap SEA Games 2007 dimana Negara tetangga sudah bersiap siap bertempur sedangkan olahraga Indonesia masih wait and see saja Emangnya Negara lain pada tidur ?
Yang perlu ditanyakan kepada yang berkepentingan apakah KONI Pusat maupun Menegpora Adhyaksa Dault. Apakah sudah dilakukan identifikasi masalah terhadap kegagalan olahraga Indonesia? Kalau belum jangan terburu buru membuat statement ke media massa. Kemudian diralat, apakah tidak membuat bingung masyarakat olahraga Indonesia. Marilah kita semua duduk sama sama baik itu Induk Organisasi Olahraga di Indonesia , KONI Pusat dan Menegpora membahas permasalahan yang ada.
Kalau saya selaku Ketua Umum KONI Pusat harus berani memberikan alasan kegagalan di Asian Games 2006. Alasan saya adalah karena Pemerintah tidak peduli dengan olahraga. Inilah intinya. Minta perhatian eksekutip maupun legislatip kalau menghendaki prestasi sudah harus berani mengalokasi dana yang cukup besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar