“ Sebelum saya melaksanakan acara pelantikan ini, apakah Saudara saudara sudah siap untuk mengemban tugas sebagai pengurus Pelti ? ” pertanyaan dari Martina Widjaja selaku Ketua Umum PB Pelti . Kemudian terdengar koor ramai ramai “Siap” Demikianlah sekelumit dialog di setiap pelantikan Pengurus Daerah Pelti oleh Ketua Umum PB Pelti Martina Widjaja diseluruh Indonesia.
Setelah itu , what next ! Demikian pertanyaan saya kepada rekan2 di Pengda Pelti yang telah menyatakan kesediaannya menjadi anggota Pengda Pelti. Termasuk di Bumi Nyiur Melambai.
Secara jujur pula anggota Pelti yang baru dilantik balik bertanya . “ Kami harus mulai dari mana ?.” Ini ungkapan jujur datang dari anggota yang belum pernah duduk dalam organisasi tenis Pelti.
Asumsikanlah daerah tersebut belum ada petenis yunior khususnya, karena bisa main tenis sehingga mau jadi pengurus Pelti. Mulailah dari nol lebih mudah. , start dengan pemassalan tenis yaitu program Mini Tenis.
Kenapa Mini Tenis ?
Berdasarkan penelitian secara internasional cara terbaik belajar tenis adalah dengan Mini Tenis. Tujuan dari Mini Tenis adalah hasilkan petenis yunior.Sasarannya adalah Guru2 SD dan siswa2 SD usia 7-8 tahun. Untuk dapatkan petenis siswa SD dan pelatih2 dari Guru2 SD tersebut.. Dan tujuan akhir adalah munculnya klub2 tenis baru dari siswa2 tersebut. PB Pelti setiap saat membantu dengan datangkan pelatih mini tenis. Daerah hanya sediakan akomodasi pelatih tersebut. PB Pelti akan sediakan raket mini tenis dan bolanya. Kerjasamalah dengan Diknas setempat untuk datangkan Guru2 SD Selama 2 hari pelatih mini tenis akan menatar Guru2nya dan diharapkan guru2 ini yang melatih siswa2nya. Setiap bulan Agustus diadakan Kejurnas Mini Tenis.
Program kedua adalah adakan kompetisi setelah latihan mini tenis selama 3 bulan. Bisa dengan cara 5 SD yang berdekatan saling bertanding. Kemudian pemenangnya dilanjutkan ke tingkat alam kota , setelah itu antar Pengcab(Pengurus Cabang). Ini cukup selama 5 bulan saja, setelah itu pemenangnya ikut Kejurnas Mini Tenis di Jakarta. Disela sela itu bisa minta coaching clinic dengan pelatih mini tenis dari Jakarta turun selama 2 hari saja supaya tidak mengganggu sekolah.
Program selanjutnya adakan kepelatihan pelatih. Bisa diambil dari Guru2 SD tersebut atau bagi yang berminat menjadi pelatih.. Kepelatihan ini bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali, agar makin banyak menghasilkan pelatih. PB Pelti juga akan membantu beaya mendatangkan pelatih dari Jakarta, tetapi tidak sepenuhnya.
Kompetisi sebaiknya dengan system beregu. Kompetisi tidak harus dilapangan tenis. Bisa dilakukan dihalaman SD. Halaman tanah pun jadi bukan masalah. Setelah berjalan 6 bulan, semua atlit mini tenis sudah harus masuk bermain tenis sesungguhnya. Dikenal didunia Internasional yaitu PTI (Performance Tennis Initiative). Ukuran raket tenis khusus kecil. Dsini sudah hasilkan atlit yunior, kemudian pelatih.
What next !
Ada yaitu program Persami (Pertandingan Sabtu Minggu) , untuk menampung atlet tenis asal dari SD tersebut. Ini bisa dilakukan setiap bulan sekali sehingga atletnya bisa terasah. Jangan lupa turnamen atau kompetisi merupakan tempat evaluasi pembinaan atlet dan juga show room bagi pelatihnya. Turnamen juga bisa berjenjang mulai dari Perami kemudian kejuaran nasional yunior. Dengan tidak melupakan setiap 6 bulan sekali diadakan penataran mini tenis untuk SD yang belum pernah ikuti. Maka dengan sendirinya akan banyak muncul atlet2 mini tenis baru.
Setelah mengetahui cara demikian maka jadi mudah untuk menjalankannya.
Setelah mengetahui cara demikian maka jadi mudah untuk menjalankannya.
Timbul pertanyaan yaitu apakah penataran mini tenis itu harus Pengda atau Pengcab Pelti yang lakukan. Sebenarnya jawabannya TIDAK harus, semua insan tenis bisa lakukan sendiri dengan berkoordinasi dengan induk organisasi tenis yaitu Pelkti di tingkat Pengcab atau Pengda. Sebagai contoh jika ada klub tenis berkeinginan berperan serta jalankan program mini tenis , bisa berhubungan dengan PB Pelti (Jakarta) melalui Pengcab dan Pengda Pelti Sulawesi Utara.
Pelaksanaan Mini Tenis sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, sehingga setiap tahun akan menghasilkan petenis yunior dari usia dini. Jangan lupa kalau Departemnen Pendidikan nasional RI setiap tahun selenggarakan Pekan Olahraga Usia Dini di Jakarta bulan Agustus.
Pelaksanaan Mini Tenis sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, sehingga setiap tahun akan menghasilkan petenis yunior dari usia dini. Jangan lupa kalau Departemnen Pendidikan nasional RI setiap tahun selenggarakan Pekan Olahraga Usia Dini di Jakarta bulan Agustus.
Dengan lakukan program grass root ini maka dijamin di Indonesia dan juga di Sulut akan muncul bibit bibit baru yang akan mengikuti petenis Kawanua yang pernah membawa nama harum bangsa Indonesia dalam tim Davis Cup maupun Fed Cup seperti Lany Kaligis Lumanau, Lita Lim Soegiarto Jacky Wullur, Samudra Sangitan,Jolanda Soemarno Mangadil, Donald Wailan Walalangi, Waya Walalangi, Ira Moerid, Solihati Moerid, Andrean Raturandang, Septi Mende dan sekarang ada Christopher Rungkat, Jessy Rompies.
Sekarang yang jadi masalah adalah NIAT. Apakah masih ada NIAT torang pe tamang tamang di Sulawesi Utara ? Ini pertanyaan dari saya pribadi dari Jakarta yang cukup prihatin atas perkembangan pertenisan didaerah daerah terutama daerah sandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar