Dunia olahraga Indonesia sangat kental sekali dengan Pawang Hujan, terutama pelaksana turnamen yang menggunakan ruang luar bukan dalam gedung. Selama berkecimpung di pelaksana turnamen tenis , AFR punya pengalaman cukup bisa dikenang dengan Pawang Hujan.
Pertama kali mengenal Pawang Hujan sewaktu menjadi wakil direktur turnamen ITF Astra International Junior Champs 1989 di Senayan Jakarta. Saat itu sedang berlangsung tiba tiba masuklah orang belum dikenal yang ternyata seorang Pawang Hujan kedalam ruang kerja AFR di Stadion Tenis Gelora Bung Karno. “Bapak yang kontak saya dengan HT (Handy Talky).” Katanya. Diapun katakan kalau tadi sedang dijalan mendapat panggilan melalui Handy Talky. Karena memang tidak pernah memanggilnya, AFR menolak pertanyaannya.” Bapak kan bos disini.” Ujarnya. Itupun saya tolak karena AFR hanya sebagai Wakil Direktur Turnamen, berarti ada Direktur Turnamen ( dr. Eddy Katimansah). Mungkin karena penawarannya ditolak, maka Pawang Hujan tersebut sebelum meninggalkan meja kerja AFR, kemudian mengatakan kalau dia keluar dari lapangan tenis Gelora Bung Karno akan terjadi hujan. Sadarlah AFR kalau yang dihadapinya adalah Pawang Hujan. Kok aneh suatu tantangan baru lagi. Teringat beberapa minggu sebelumnya saat ikut pertandingan tenis persahabatan dalam rangka HUT Bola, saat itu Pawang Hujan tersebut yang biasa digunakan oleh KONI (Komite Olahraga Nasional ) Pusat kalau tidak salah namanya Pak Cakra, sedang membakar kemenyan diluar lapangan rebound ace Senayan. Sehingga asap kemenyan bertebaran di lapangan.
Pertama kali mengenal Pawang Hujan sewaktu menjadi wakil direktur turnamen ITF Astra International Junior Champs 1989 di Senayan Jakarta. Saat itu sedang berlangsung tiba tiba masuklah orang belum dikenal yang ternyata seorang Pawang Hujan kedalam ruang kerja AFR di Stadion Tenis Gelora Bung Karno. “Bapak yang kontak saya dengan HT (Handy Talky).” Katanya. Diapun katakan kalau tadi sedang dijalan mendapat panggilan melalui Handy Talky. Karena memang tidak pernah memanggilnya, AFR menolak pertanyaannya.” Bapak kan bos disini.” Ujarnya. Itupun saya tolak karena AFR hanya sebagai Wakil Direktur Turnamen, berarti ada Direktur Turnamen ( dr. Eddy Katimansah). Mungkin karena penawarannya ditolak, maka Pawang Hujan tersebut sebelum meninggalkan meja kerja AFR, kemudian mengatakan kalau dia keluar dari lapangan tenis Gelora Bung Karno akan terjadi hujan. Sadarlah AFR kalau yang dihadapinya adalah Pawang Hujan. Kok aneh suatu tantangan baru lagi. Teringat beberapa minggu sebelumnya saat ikut pertandingan tenis persahabatan dalam rangka HUT Bola, saat itu Pawang Hujan tersebut yang biasa digunakan oleh KONI (Komite Olahraga Nasional ) Pusat kalau tidak salah namanya Pak Cakra, sedang membakar kemenyan diluar lapangan rebound ace Senayan. Sehingga asap kemenyan bertebaran di lapangan.
Sadar kalau itu merupakan ancaman, AFR tak bergeming. Benar juga setelah itu beberapa menit kemudian di Senayan turunlah hujan rintik rintik. AFRpun mulai digoda keyakinannya. Apa yang AFR lakukan, hanya dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa kalau itu hanya godaan sesaat. “Kalau memang Tuhan menghendaki turun hujan maka kami merelakan. Kalau itu hanya godaan sesaat maka kami mohon bantulah kami.” Itulah kira kira sekelumit doa yang dipanjatkan. Setelah itu ternyata hujan rintik rintik itu berhenti.
Pengalaman kedua sewaktu menjadi Direltur Turnamen Indonesia Masters tahun 1989 bulan Desember 1989 di lapangan tenis Hotel Hilton. Saat itu sebagai Ketua Panpel Martina Widjaja yang cukup gesit untuk turun sendiri dalam pelaksanaannya yang sebenarnya tugas dari Direktur Turnamen. Ternyata waktu itu digunakan 3 Pawang Hujan yaitu Pawang hujan yang sering digunakan oleh KONI , sama orangnya diperistiwa pertama. Ada Pawang Hujan yang diusahakan oleh salah satu rekan wartawan Bisnis Indonesia Sdr. Cheppy dan satu lagi entah dari mana. Hari pertama ternyata hujan, tapi pertandingan secara keseluruhan berjalan. Begitu tidak hujan sempat pula salah satu Pawang Hujan bertemu AFR dan mengatakan kalau dia ada maka hujan berhenti. Belum lama menyatakan demikian maka turunlah hujan deras. Pawang Hujan tersebut dicari AFR ternyata hilang entah lemana. Hari seterusnya terjadi kejadian yang sama bahkan banjir melanda lapangan. Akhirnya Martina Widjaja menyerah. “ Fer, you take over deh.” Ujarnya. Saat itu juga AFR minta petugas perlengkapan Sinyo Mosal untuk menurunkan barang2 yang digantung oleh Pawang Hujan dipohon pohon sekitar lapangan tenis. “ Sinyo, kasi turung tu samua onderdil diatas pohong. En buang jauh jauh diluar Hotel Hilton.” Perintah AFR dengan bahasa Manado kental. Setelah itu pertandingan berjalan tanpa gangguan hujan. Puji Tuhan !
Pendapat AFR saat itu kalau ada yang mau membantu Panpel atas turunnya hujan maka jangan overacting dan pasang tarif. Jika mau bantu silahkan tidak perlu demonstratip dilakukan dimuka umum dan tidak komersil. Karena saat itu sepengetahuan AFR sudah panjar kepada Pawang Hujan. Kejadian kejadian ini sempat pula Bendahara PB Pelti (1986-1990) Edwin Gerungan mengatakan kalau bicara Pawang Hujan jangan didepan AFR. Ini benar benar guyonan saat itu.
Peristiwa ketiga saat menjadi panitia pelaksana Maesa Paskah di Pusat Tenis Danamon (Kemayoran). Maesa salah satu klub tertua (berdiri tahun 1924) setiap tahun selenggarakan turnamen tenis Maesa Paskah yang dikaitkan dengan bulan Paskah. Sebelum turnamen dibuka dilakukanlah suatu kewajiban sebagai orang Kristen adalah berdoa bersama seluruh Panpel. Sebagai Ketua Panpel John Kairupan, sedangkan AFR sebagai Sekretaris Persatuan Tenis Maesa seluruh Indonesia dan saat itu sebagai Manager Sport Pusat Tenis Danamon (Kemayoran). Pembukaan turnamen dilakukan distadion tenis Pusat Tenis Danamon yang saat itu dipasang karpet. Oleh Ketua Panpel sempat bertanya kepada AFR karena kuatir turunnya hujan untuk menyediakan Pawang Hujan. AFR tetap menolak. Benar juga setelah selesai berdoa kurang lebih 15 menit kemudian udara mendung yang kelihatan kecendrungan turun hujan. Sebagai Ketua Panpel John Kairupan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan turnamen Maesa Paskah saat itu kembali minta kepada AFR agar siap siap sediakan Pawang Hujan. Saat itu juga AFR mengingatkan kalau Panpel belum kering berdoa kepada Tuhan kenapa harus goyah. “ Kalau memang Tuhan Menghendaki Turun Hujan kita tidak bisa menolaknya. Harus diterima.” ujar AFR. Karena tidak dilayani John Kairupan menghindar sambil senyum senyum ketir. Memang saat itu juga hujan tidak turun. “Memang kalau bicara Pawang Hujan dengan AFR, tidak mempan” ujar John Kairupan dengan malu malu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar